Mohon tunggu...
NURDATULOH
NURDATULOH Mohon Tunggu... Mahasiswa - UINWEES

Hanya amatiran yang ingin sukses di usia Muda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelisik Tradisi Unggah-unggahan dan Udun-udunan

25 November 2021   21:45 Diperbarui: 25 November 2021   21:50 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara dengan keaneragaman budaya, adat istiadat, suku, ras dan Bahasa. Seperti halnya dalam menyambut bulan suci Ramadhan di beberapa daerah memiliki tradisi atau adat istiadatnya masing-masing. Contohnya di Aceh dengan tradisi Meugang-nya, dimana meugang menjadi salah satu tradisi tahunan yang dilakukan oleh Masyarakat Aceh dalam menyambut bulan puasa.

Hari Raya Idul Fitri Maupun Hari Raya Idul Adha. Meugang dilakukan dengan cara memasak daging dalam jumlah besar dan menyantapnya bersama keluarga, kerabat, sanak, dan anak-anak yatim piatu. (Travel, n.d.). Yogyakarta memiliki tradisi Apeman, dimana kegiatan tersebut dilaksanakan menjelang datangnya bulan suci Ramadhan dengan membuat ratusan kue apem oleh anggota keluarga keraton Yogyakarta Hadiningrat.

Kota Brebes, juga memiliki tradisi tersendiri dalam menyambut datangnya bulan puasa. Tradisi tersebut dinamakan dengan Unggah-Unggahan, berasal dari kosa kata Jawa "Munggah" yang berarti naik. Namun, hal itu bisa kita maknai dengan masuk atau biasa orang Brebes sebut dengan Mlebu. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan dengan cara Slametan dimana masing-masing orang membawa 2-3 berkat (nasi) untuk kemudian dibawa dalam 1 majlis dan akan di doakan oleh pemuka agama setempat (tahlil/ doa keselamatan).

Berkat yang sudah di doakan tersebut kemudian akan dibagikan kepada tetangga sekitar. Semua itu dilakukan tak lain dan tak bukan sebagai wujud syukur kita terhadap sang penguasa karena kita masih diberikan kesempatan untuk merasakan indahnya Ramadhan.

Biasanya Unggah-Unggahan diadakan di sekitar wilayah Kota Brebes seperti Kab/ Kota Tegal, Kab. Kebumen, Kab. Banyumas dan lain-lain. Di daerah lain mungkin ada tradisi yang serupa namun berbeda penamaannya saja, namun intinya satu tradisi tersebut sebagai bentuk Syukur.

Setelah Munggah (Naik/ Masuk) tibalah untuk Mudhun (Turun), dengan nama Udun-Udunan. Berasal dari kata "Mudhun" yang artinya turun, namun bisa kita maknai dengan meninggalkan. Artinya kita akan meninggalkan bulan suci Ramadhan untuk menuju hari yang fitri (bersih). Sama seperti diatas kegiatan Udun-Udunan dilakukan dengan cara membagikan berkat kepada tetangga sekitar. Biasanya kegiatan tersebut dilaksanakan pada H-5 atau boleh lebih tergantung kesepakatan rukun tetangga.

Tradisi Unggah-Unggahan dan Udun-Udunan memiliki filosofi bahwasannya sebelum dan sesudah kita melakukan sebuah pekerjaan hendaknya kita selalu bersyukur kepada sang Pemberi Nyawa. Bisa kita analogikan, sebelum kita memulai pekerjaan kita membaca basmalah terlebih dahulu, dan sesudah melakukan pekerjaan kita membaca hamdalah. Namun, apapun tradisinya kita wajib melestarikannya, jangan sampai "Wong Jawa Ilang Jawane" yang artinya Orang Jawa Hilang Jawa-nya. Selama tidak menyimpang dari ajaran agama, sah-sah saja untuk dilakukan. Karena disamping melestarikan budaya, tradisi tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana silaturahmi antar warga.


Referensi:

Travel, W. (n.d.). Wego Travel Blog. Retrieved from httpss://travel.wego.com/berita/tradisi-di-indonesia-menyambut-bulan-ramadan/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun