Mohon tunggu...
Nurcholis Darmawan
Nurcholis Darmawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis, Filmmaker, Pegiat Seni dan Literasi

Nurcholis Darmawan, aktif menulis dan berjejaring dalam giat-giat literasi melalui Nemu Buku Palu, aktifitas lainnya dengan mengajar adik-adik Sikola Pomore (Sekolah Alam Berbasis Pengetahuan Lokal) di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, terlibat sebagai sutradara dalam film dokumenter Hidup Dengan Bencana, "Timbul Tenggelam" produksi In-docs dan Sinekoci berkolaborasi dengan Sikola Pomore, saat ini rutin juga menulis sebagai jurnalis untuk topik-topik kebudayaan daerah melalui Yayasan Tadulakota.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Sakaya Dalam Gelombang Arus Balik

8 Oktober 2023   13:01 Diperbarui: 9 Oktober 2023   03:01 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi Akun Instagram @onqibengga, Ritual Balia - Desa Sindue, Kab. Donggala)

Menurut legenda itu pula, kapal besar Sawerivadi (dalam aksen Kaili), dikisahkan juga terdampar di sebuah wilayah bernama Sambo (sekarang Kecamatan Dolo), sehingga di desa tersebut terdapat sebuah gunung yang bila dipandang dari kejauhan, akan terlihat menyerupai sebuah perahu, masyarakat setempat menyebutnya Bulu Sakaya (gunung perahu). Konon gunung itu merupakan sisa dari kapal kolosal Sawerigading, sementara layarnya konon terlempar ke sebelah timur lembah Palu, yang kini disebut sebagai Bulu Masomba yang berarti gunung yang menyerupai layar.

(Wikipedia: Ilustrasi Sawerigading dalam Sureq I Lagaligo)
(Wikipedia: Ilustrasi Sawerigading dalam Sureq I Lagaligo)

Sehubungan dengan pementasan Lentera Silolangi, layer-layer lain juga kontras terasa adalah sebuah pengalaman menonton yang reflektif - perasaan mengalami eksistensi diri sebagai manusia secara internal, sebuah siklus hidup yang dimulai dari proses kelahiran hingga kematian. Meskipun terkesan agak sureal, pendekatan dramaturgi dari pertunjukkan teater tersebut terletak pada durasi pertengahan, dengan memuculkan dialog-dialog dari sejumlah tokoh yang dimanifestasikan ke dalam sebuah potret percakapan anggota keluarga di atas sebuah meja makan.

Jika dicermati lebih kritis, kejadian demi kejadian yang dimunculkan di atas panggung pada bagian ini, memang marak terjadi di dalam lingkungan keluarga yang memiliki pola asuh yang buruk, toxic, dan penuh kemunafikan. Seolah  semua anggota keluarga di dalam setting cerita itu secara sengaja enggan memunculkan sisi buruk mereka antara satu sama lain demi menjaga sebuah keharmonisan semu yang hanya terlihat kokoh di permukaan, namun sebenarnya amat rapuh dari dalam.

(Dokumentasi Festival Bali Jani 2023 - Lentera Silolangi)
(Dokumentasi Festival Bali Jani 2023 - Lentera Silolangi)

Menurut pandangan saya, sebagai penonton, kami seolah dituntun untuk menyaksikan cerita pada bagian itu menggunakan sudut pandang orang ketiga. Saya menduga, ide dan gagasan penulis yang diejawantahkan oleh sutradara kemungkinan besar adalah bagian dari respon mereka terhadap kehidupan anggota keluarga zaman sekarang yang terasa kurang intim dengan relasi yang tertutup antara satu sama lain.  Serba individualis, bahkan terjadi pada yang ranah paling dekat dengan kita, yakni di dalam lingkungan keluarga.

(Dokumentasi Festival Bali Jani 2023 - Lentera Silolangi)
(Dokumentasi Festival Bali Jani 2023 - Lentera Silolangi)

Sementara pada bagian akhir pertunjukkan, penyaji juga mengadopsi sebuah potongan koreo dari gerakan-gerakan ritual Balia, oleh para aktor yang terlihat menutup mata mereka dengan menggunakan kain putih. Mereka kemudian terus menerus menari tanpa henti, diibaratkan sebagai cara mereka untuk menyucikan diri dari dosa-dosa duniawi sebelum akhirnya mereka semua berlayar dalam kematian yang kekal.

Dokumentasi Festival Bali Jani 2023 -- Lentera Silolangi)
Dokumentasi Festival Bali Jani 2023 -- Lentera Silolangi)

Kalian bisa menikmati pertunjukkan Sakaya dengan utuh, melalui :


PRODUKSI SAKAYA 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun