Di tengah berbagai tantangan global yang melanda dunia, seperti perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi, dan dampak pandemi berkepanjangan, sektor keuangan publik Islam menghadapi tantangan besar sekaligus peluang besar. Â Â Keuangan Islam telah lama dikenal sebagai sistem yang berakar pada prinsip keadilan dan keberlanjutan. Dengan mengedepankan pelarangan riba, spekulasi berlebihan, dan investasi yang merusak masyarakat, keuangan Islam menawarkan pendekatan yang berbeda dibandingkan sistem keuangan konvensional.Â
Dengan prinsip keadilan, kesetaraan, dan keberlanjutan, keuangan Islam dapat menjadi solusi untuk menjawab tantangan global. Salah satu instrumen yang mulai mendapat perhatian besar adalah sukuk hijau atau green sukuk. Instrumen ini tidak hanya mencerminkan prinsip keuangan Islam, tetapi juga menjadi alat efektif untuk pembiayaan berkelanjutan di era krisis global.
Krisis global saat ini didorong oleh beberapa faktor utama. Pertama, perubahan iklim yang semakin parah memaksa negara-negara untuk mengambil tindakan nyata dalam mengurangi emisi karbon dan mendanai proyek-proyek ramah lingkungan. Kedua, ketidakstabilan ekonomi akibat konflik geopolitik, gangguan rantai pasok global, dan ketidakpastian pasar keuangan memberikan tekanan besar pada anggaran publik. Ketiga, pandemi COVID-19 yang meninggalkan dampak berkepanjangan terhadap perekonomian dunia.
Dalam konteks ini, negara-negara berkembang menghadapi dilema besar: bagaimana memenuhi kebutuhan pembangunan tanpa merusak lingkungan? Di sinilah sukuk hijau dapat memainkan peran strategis sebagai instrumen pembiayaan alternatif yang memenuhi kebutuhan pembangunan berkelanjutan.
Apa Itu Sukuk Hijau?
Sukuk hijau adalah obligasi syariah yang dirancang untuk membiayai proyek-proyek yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan, seperti pembangunan infrastruktur energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah, dan perlindungan keanekaragaman hayati. Seperti sukuk konvensional, instrumen ini beroperasi berdasarkan prinsip syariah, yang melarang riba, gharar (ketidakpastian), dan aktivitas yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Namun, yang membedakan sukuk hijau adalah fokusnya pada keberlanjutan lingkungan. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai inti keuangan Islam, yaitu prinsip tanggung jawab sosial dan perlindungan terhadap lingkungan (hifz al-bi'ah).
Mengapa Sukuk Hijau Relevan dalam Krisis Global?
1. Memobilisasi Dana untuk Proyek Berkelanjutan.
Salah satu keunggulan utama sukuk hijau adalah kemampuannya untuk memobilisasi dana dalam jumlah besar untuk proyek-proyek berkelanjutan. Beberapa negara telah sukses memanfaatkan sukuk hijau. Indonesia, misalnya, menjadi pelopor penerbitan sukuk hijau pertama di dunia pada tahun 2018. Hingga saat ini, dana yang dihimpun telah digunakan untuk mendanai proyek-proyek energi terbarukan, konservasi lahan, dan efisiensi energi di sektor transportasi.
2. Menarik Investor yang Berorientasi pada ESG.