Dua hari kemarin, lini masa saya sesak dengan perdebatan antara mudik dan pulang kampung. Saya juga latah ingin ikut meramaikan suasana, mungkin bisa memberikan sedikit pandangan dari perspektif yang lain.
Tentu saya tidak tertarik membahas dari sudut kebijakan, karena ini akan menjadi subjektif tergantung dari mana Anda melihat, yang jelas tidak pernah akan ada kebijakan yang benar-benar tepat atau sangat-sangat salah.
Saya melihatnya dari sudut pandang bahasa, karena saya akui terminologi mudik dan pulang kampung versi Presiden Jokowi, memberikan rasa eureka atau aha! moment.
Kalau boleh saya memberikan definisi berdasarkan keterangan Presiden Jokowi, kira-kira begini,
Mudik itu adalah kegiatan menuju kampung halaman oleh orang yang mempunyai KTP dan tinggal di kota besar, biasa dilakukan pada peringatan hari raya.
Sedangkan, pulang kampung adalah kegiatan menuju kampung halaman oleh orang yang mempunyai KTP dan tinggal di daerah, tidak ada waktu khusus.
Kegiatannya sama tapi objek dan waktunya yang berbeda. Sudah barang tentu, Anda tidak perlu mencari di Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI- pasti tidak akan ada arti yang demikian.
Justru tujuan tulisan ini dibuat adalah mendorong kita untuk memperkaya dan mendukung inovasi kata dan pembaruan makna guna dimasukkan ke dalam kosakata baru. KBBI bukanlah kitab suci yang tidak boleh di revisi.
Contoh saja dari kata “mudik”, yang berasal dari kata “udik”. Orang berpikir dan KBBI menyetujui bahwa udik itu artinya kampung. Padahal tidak serta merta udik menjadi kampung.
Karena dari sudut pandang etimologi, udik itu berarti hulu sungai sedangkan lawan katanya adalah ilir/hilir yang berarti muara sungai.
Kota Jakarta tempat di mana sungai-sungainya bermuara ke laut, dianggap daerah hilir. Sedangkan daerah ladang/kebun/sawah tempat asal hasil bumi dianggap sebagai hulu/udik.
Maka dari itu muncul istilah hilir-mudik. Di kemudian hari, udik diasosiasikan sebagai kampung, lalu ditambahkan artinya ke dalam KBBI.
Jika melihat dari wikipedia, memang jumlah kosa kata dalam kamus kita baru berkisar 127an ribu kata (awalnya KBBI hanya mengandung 62 ribu kata).