Mohon tunggu...
Nurcahaya Sihombing
Nurcahaya Sihombing Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat UGM Tahun 2024

I belong to the Lord, I'm not my own

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mikroplastik di Sekitar Kita dan Kesehatan: Alasan Segera Bertindak, Tak Perlu Menunggu Regulasi

24 September 2024   17:56 Diperbarui: 26 September 2024   07:14 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan ini: setiap bulannya, tanpa disadari, kita menelan 15 gram mikroplastik-setara dengan sepotong kartu kredit-melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi. Seperti namanya, mikroplastik adalah plastik berukuran kecil (< 5 mm) yang memiliki beragam bentuk. Tingginya konsumsi mikroplastik kita, tidak lepas dari keterikatan kita akan produk plastik. Saat kita mencuci pakaian, kita melepas mikroplastik ke lingkungan melalui air. Saat kita menggunakan produk kosmetik, pakaian dan fashion, kita melepaskan mikroplastik ke udara. Berdasarkan penelitian terbaru oleh Zhao dan Fengqi (2024), Indonesia termasuk negara dengan tingkat konsumsi mikroplastik tertinggi di dunia. Partikel-partikel plastik yang tak kasat mata ini mengalir dalam air minum kita, terkandung dalam makanan, bahkan tersebar di udara yang kita hirup setiap hari. 

Potensi Bahaya Mikroplastik Terhadap Kesehatan

Ukurannya yang kecil membuat mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia, baik melalui makanan, udara, maupun kontak kulit. Darah kita terbukti mengandung mikroplastik yang mengumpul di sel-sel imun sehingga memicu reaksi yang menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. Paparan mikroplastik jangka panjang berkaitan dengan penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis, peradangan menahun, termasuk kemungkinan meningkatkan risiko kanker, diabetes, masalah kesuburan dan reaksi alergi yang masih terus diselidiki.

Penelitian oleh Sawitca et al. (2024) menemukan bahwa mikroplastik masuk ke dalam tubuh lalu masuk ke pembuluh darah dan limfa dan mengendap di paru-paru dan bahkan plasenta. Karena itu, anak-anak dapat menyerap mikroplastik sejak masa janin melalui plasenta. Telah diketahui juga bahwa mikroplastik dapat menyebabkan penurunan berat janin, gangguan keseimbangan mikroba di usus dan plasenta. 

Setelah itu, mikroplastik yang masuk ke tubuh ibu selama hamil, akan mengkontaminasi ASI yang kemudian dikonsumsi oleh bayi. Dan terbukti bahwa terjadi peningkatan jumlah penyerapan mikroplastik oleh janin setelah paparan akut pada ibu hamil. Ditambah lagi, kemasan penyimpanan ASI dan botol bayi, juga menjadi sumber mikroplastik untuk bayi. Bahan yang digunakan dalam jenis botol dan kantong tersebut dapat dengan mudah lepas dan pindah ke dalam susu atau makanan saat dipersiapkan.

Pendekatan Kesehatan Terpadu (One Health): Hubungan Kesehatan Manusia, Hewan, dan Lingkungan

Mikroplastik tidak hanya membahayakan manusia, tetapi juga menimbulkan ancaman serius bagi hewan dan lingkungan. Pendekatan Kesehatan Terpadu menyoroti bagaimana kesehatan kita saling terkait erat dengan kesehatan lingkungan dan hewan. Studi-studi menunjukkan bahwa mikroplastik yang dilepaskan ke lingkungan dapat masuk dalam rantai makanan dan meningkatkan polusi. Mikroplastik yang mencemari lautan dapat tertelan oleh hewan laut, seperti ikan dan kerang, yang kemudian dikonsumsi manusia. Lebih dari 50% sumber mikroplastik melalui makanan di Indonesia berasal dari konsumsi ikan. Itu artinya, kualitas air yang buruk berdampak pada ekosistem air, kemudian kepada manusia. 

Penelitian Patil et al. (2022) menyoroti bahwa mikroplastik juga dapat bertindak sebagai pembawa bagi zat-zat berbahaya lainnya, seperti logam berat dan bahan kimia beracun. Hal inilah yang akan membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem serta mengganggu rantai makanan.  Misalnya, mikroplastik yang ada di udara juga dapat terakumulasi di tanah, sehingga mengkontaminasi tanaman termasuk tanaman pangan seperti sayuran.

Saat di udara, mikroplastik dapat terbang melalui angin, lalu berpindah dari udara ke minuman. Air kemasan menjadi salah satu sumber utama mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh manusia, dengan rata-rata jumlah partikel sekitar 94 per liter. Di sisi lainnya, mikroplastik di udara juga mengotori makanan. Tidak mengherankan, tubuh kita dapat dimasuki mikroplastik sebanyak 74.000 hingga 121.000 mikroplastik per tahun, yang setengahnya  lewat jalur pernafasan. Dalam ekosistem, perputaran mikroplastik menjadi semakin kompleks, sehingga kita perlu segera melakukan sesuatu terhadap bahaya mikroplastik ini.

Regulasi Tak Perlu Ditunggu, Kita Perlu Tindakan Segera

Meskipun belum ada regulasi resmi terkait mikroplastik di Indonesia, potensi dampak mikroplastik terhadap kesehatan sebelumnya sudah sangat mengkuatirkan. Bisa jadi, saat hasil penelitian lebih lanjut tersedia dampaknya sudah terlambat tertangani. Publikasi terbaru dari WHO menyajikan berbagai kebijakan global yang telah diterapkan untuk membatasi dampak negatif plastik terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Meskipun tidak secara langsung membahas mikroplastik, kebijakan ini relevan dalam upaya mengurangi akumulasi plastik di lingkungan, yang pada akhirnya dapat mengurangi paparan mikroplastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun