Kebiasaan akan mengubah akhlak karena akhlak dibentuk oleh kebiasaan dan mengubah akhlak adalah mengubah kebiasaan. Akhlak terbagi menjadi 2 yaitu al-akhlaq al-mahmudah (akhlak terpuji) dan al-akhlaq al-mazmumah (akhlak tercela). Menurut al-ghazali sifat al-mahmudah (terpuji) adalah al-munjiyat yakni sifat yang akan menyelamatkan manusia, baik di dunia dan di akhirat, sedangkan sifat al-mazmumah (tercela) adalah al-muhlikat, sifat yang akan mencelakakan manusia, baik di dunia dan di akhirat.
Akhlak juga bisa menjadi tercetak dan terpola karena tercetak dan terpola akhlak akan menjadi melekat dan kuat. Akhlak yang sudah melekat dan kuat disebut karakter. Proses menjadi suatu kebiasaan atau karakter melalui 5 tahap yaitu mendengar, melihat, menyimpan, menirukan dan mengulang-ulang. Ketika orang mengatur dirinya sendiri, mereka menjadi berakhlak dan beradab yang mewujudkan harga diri dan martabat. Islam adalah agama yang mengedepankan ketertiban dan perkembangan peradaban disebut akhlak.
Al-quran hanya dua kali menyebut kata akhlaqاخلاق) ) yang keduanya dalam bentuk tunggal yaitu khuluq (خلق). Pertama, dijelaskan dalam al-quran yaitu :
إِنْ هَٰذَآ إِلَّا خُلُقُ ٱلْأَوَّلِينَ(137) وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ(138)
“(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. Dan kami sekali-kali tidak akan diazab”. (Q.S. Asy-syu’ara [26] : 137-138).
Istilah khuluq al-awwalin berarti akhlak orang-orang terdahulu. Sementata menurut muhammad ali al-shabuni khuluq al-awwalin adalah khufarat al-awwalin (kufarat orang-orang terdahulu). Adapun al-maraghi mengartikan istilah khuluq al-awwalin dengan ungkapan “adatuhum allati kanu biha yadinin” (adat kebiasaan mereka yang menjadi dasar mereka beragama). Kedua, kata khuluq (خلق) juga terdapat dalam al-quran yaitu :
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيۡمٍ(4)
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al-Qalam [68] : 4).
Istilah khuluq azim menurut al-sa’di adalah yang luhur yang telah dianugerahkan allah SWT kepada nabi muhammad SAW. Menurutnya, akhlak Nabi yang tinggi tercermin dari "Asiyah", yang menjelaskan kepada orang-orang yang bertanya tentang akhlak Nabi bahwa akhlaknya berasal dari Al-Qur'an.
Menurut ibn Miskawaih "akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu". Akhlak ini adalah sifat yang tertanam dalam jiwa melalui proses mendengar, melihat, menyimpan, menirukan dan mengulang-ulang. Setelah tertanam dalam jiwa selanjutnya mendorong tindakan untuk melakukan perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Mengapa tidak membutuhkan pemikiran dan pertimbangan karena melekat dari karakter kebiasaan.
Menurut Al-ghazali "Akhlak adalah keadaan jiwa yang tertanam secara mendalam. Keadaan jiwa itu melahirkan tindakan dengan mudah dan gampang tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”. menurut al-ghazali bersumber pada jiwa, jika Jiwa yang bersih akan melahirkan jiwa yang bersih dan jika jiwa yang kotor akan melahirkan jiwa yang kotor. Tingkat moral seseorang tercermin dari keadaan jiwa nya dan tidak membutuhkan pemikiran karena sudah menjadi kebiasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H