Hari Minggu lalu saya didapuk menjadi salah satu nara sumber dalam acara sharing session kelompok GEMBUL yang merupakan komunitas alumni SMP N 1 Bantul, Yogyakarta. Kegiatan semacam ini sudah berlangsung sejak lama dan kira-kira ini merupakan penyelenggaraan yang ke-13.
Pada awalnya diskusi dilakukan secara off line sekaligus sebagai ajang reunian. Sejak pandemi covid-19, format diubah dalam bentuk online melalui aplikasi zoom meeting.
Seminggu sebelumnya, saya dihubungi oleh Om Nardi, teman seangkatan di SMP yang juga inisiator diskusi rutin ini. Saya sempat mengelak karena untuk menjadi nara sumber sebagai pemantik sebuah diskusi, saya merasa pada posisi marjinal. Bagaimana tidak, nara sumber dalam diskusi-diskusi sebelumnya adalah teman-teman dengan profesi dokter atau tenaga medis lainnya, ada yang psikolog, bankir, konsultan SDM, konsultan gizi dan guru. Artinya, dalam pekerjaan keseharian mereka berhubungan erat dengan orang atau dibutuhkan banyak orang.
Pembicaraannya tentu menarik dan selalu ditunggu banyak orang. Sedangkan saya, sebagai pekerja di bidang kehutanan, keseharian berkutat dengan pepohonan mulai dari pembuatan persemaian, penanaman bibit, pemeliharaan dan perlindungan tanaman sampai ke pemanenan serta industri dan pemasaran.
Saya sampaikan ke Om Nardi, kalo saya jadi nara sumber, pasti teman-teman ngga mudeng dengan apa yang saya omongkan trus pada ngantuk. Forum yang dikemas dalam bentuk FGD ; Focus Grup Discussion, akan menjadi FGD; Forum Grup Dagelan.
Tapi rupanya sahabat saya ini tetap ngeyel dan menyemangati saya, apalagi beliau tahu bahwa saya penyuka dan penangkar burung. “Sampeyan cerita saja pengalaman penangkaran burung ini, tidak semua orang bisa lho…. Ceritakan apa kuncinya. Kesabaran & passion diperlukan dalam menekuni sebuah pekerjaan apapun”, begitu kata Om Nardi untuk menggugah semangat saya.
Jadilah saya sebagai satu dari tiga orang pemantik diskusi dalam forum focus grup discussion yang sekaligus forum grup dagelan itu. Saya siapkan power point biar agak ngilmiah walaupun sebetulnya -karena mungkin faktor usia sehingga daya ingat sudah menurun- power point ini lebih saya manfaatkan untuk pengingat urutan yang harus saya omongkan. Biar menarik, saya selipkan gambar-gambar dan video keseharian saya ngopeni manuk.
Saya memulai dengan bercerita awal mula saya menjadi penyuka burung. Sebagai karyawan BUMN kehutanan, tugas kedinasan saya berpindah-pindah daerah. Seingat saya sudah 13 x pindah lokasi penugasan. Saat anak-anak masih kecil, keluarga selalu mengikuti. Sampai pada titik dimana anak-anak sudah memasuki sekolah, saya hidup membujang.
Untuk mengisi kesibukan agar sehabis sholat subuh tidak kembali tidur, saya memelihara burung. Tidak banyak, hanya beberapa jenis kenari, murai dan cendet. Dalam perkembangannya, terpikir untuk mencoba menangkarkannya.
Tahun 2012 saya mulai dengan mencoba menangkarkan jenis kenari. Tidak sulit, cukup menempatkan sepasang kenari dalam kurungan gantung kenari bisa berkembang biak dalam waktu singkat. Satu pejantan indukan bahkan bisa berjodoh dengan lima betina indukan tetapi masing-masing dalam kurungan terpisah. Meski dalam aktifitas ini saya belum mendapatkan manfaat finansial yang menguntungkan, tapi saya merasa bangga dan semakin mencintai penangkaran burung.