ayahku yang tidak mungkin membaca tulisan ini, ketidaktauanya bukan berarti dia tidak ada, tapi justru keadaannya yang begitu sibuk berjuang demi kebaikanku, beliau begitu telaten mengurusku siang dan malam, dari kecil sampai aku dewasa beliau selalu memberikan yang terbaik apalagi mengenai pendididkan anaknya, keringatnya menjadi saksi bisu, pendapatan tak menentu, lelahnya menjadi bau, ya jelas bau karna beliau hanya manusia biasa.Â
Teruntuk ayanhku........Manusia biasa ini bisa menjadi sosok ayah sekaligus sosok ibu, ya walaupun beda......... beliau bisa mengisi kekosongan itu dengan sempurna, ayahku tidak begitu tampan namun anehnya ia bisa menghipnotisku menjadikannya cinta pertamaku, sebesar apapun aku dimatanya aku hanyalah anak kecil putri kesayangannya.Â
Terimakasih ayah karnamu aku tumbuh menjadi Wanita pemberani, Wanita yang harus serba bisa, Wanita yang diajarkan kuat sepertimu, tentunya Wanita yang selalu merindukan senyum Bahagia yang tercipta karna prestasiku.Â
Terciptanya tulisan ini, karena diri begitu gengsi mengungkapkan betapa aku bangga memiliki ayah sepertimu. Â
Ayahku....... sehat sehatyah, dalam prosesku kali ini tunggu aku sampai suksesyah, aku sangat ingin membahagiakanmu dunia dan akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H