Mohon tunggu...
Nurazizah Ulayo
Nurazizah Ulayo Mohon Tunggu... -

Pecandu kopi,. pecandu sajak,. pecandu langlang buana.. ☺☺☺

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jangan Lukai Perisaiku

4 Desember 2018   10:22 Diperbarui: 4 Desember 2018   10:29 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau selalu berteriak dengan bangga bahwa kau terlahir dari rahim perisai itu
Marahmu akan berapi-api ketika ada yang berani menginjak-injak perisaimu

Tapi kenapa ?
Perisai yang selalu kau rawat dengan tabah
Perisai yang bermandikan darah dan air mata
Kenapa kini malah kau lukai ?

Tak sadarkah dirimu wahai sahabatku
Perisai itu rumahmu
Rumah tempatmu bernaung mempertajam nalar
Rumah tempatmu bersandar melepas segala keserahan
Perisai itu yang menjadi saksi pada segala
Perih
Pilu
Bahagia kita

Apa kau sudah lupa akan makna dari kata sahabat ?
Apa kau sudah lupa akan arti indah dari salam
Wallahul Muwafieq Ilaa Aqwamith Tharieq ?
Jika kau telah lupa
Maka mari mengingat kembali
Mari maknai ia kembali dari hati bukan pakai emosi sahabat

Sudah cukup sahabat
Hentikanlah badai ini
Tak rindukah engkau pada masa-masa dimana kita kokoh dalam perisai seperti dulu ?
Tak sayang dan cintakah engkau pada perisaimu ?
Tak ibakah engkau pada wajah-wajah polos dalam perisai yang selalu meminta belas kasih darimu ?
Belum puaskah ketika engkau menyaksikan ketidak nyamanan mereka saat belajar karena diseret-seret oleh badai darimu ?
Belum puaskah engkau lukai perisaimu sendiri ?
Belum puaskah sahabat ?

Jika kau sudah tak nyaman lagi menetap dalam perisai
Maka pergilah sahabat
Menyikirlah dalam perisai itu
Aku sudah muak menyaksikan perisaiku berdarah karena ulahmu

Namun jika kecintaanmu pada perisai telah mendarah daging dan tak akan lekang oleh waktu
Maka berhentilah membuat gaduh sahabatku

Mari saling berbenah
Rangkul kembali puing-puing yang berserakan itu
Jaga dan rawatlah perisai itu kembali sebagaimana tujuan kita bersama
Sebab kita tetap satu dalam perisai..

Lentik jemari :
Nurazizah Ulayo..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun