NUR AZIZAH KHAIRUNNISA/191241042
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Menurut Sucipto (2011), Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi pendarahan, hematomageli dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu nyamuk yang paling berperan utama atau menjadi vector primer dalam penularan penyakit DBD karena hidupnya di dalam dan berada di sekitar rumah (Masriadi, 2017). Virus ini menular ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi.Â
Virus dapat bertahan hidup di alam melalui dua mekanisme berbeda. Pertama, penularan vertikal terjadi di dalam tubuh nyamuk, di mana virus dipindahkan oleh nyamuk betina ke dalam telurnya, yang kemudian berkembang menjadi nyamuk baru. Kedua, penularan terjadi dari nyamuk jantan ke betina.Â
Proses ini melibatkan penularan virus dari nyamuk ke manusia dan sebaliknya. Nyamuk tertular virus demam berdarah ketika menghisap darah yang mengandung virus tersebut. Setelah virus mencapai perut nyamuk, virus akan berkembang biak melalui replikasi dan kemudian bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk.
Menurut Misnadiarly (2017), gejala yang menyertai demam berdarah, antara lain demam secara mendadak terjadi dua hingga tujuh hari dengan suhu 38,5C-40C, demam terus menerus pada pagi dan malam hari dan hanya menurun jika diberi obat penurun panas, seluruh badan lemas dan pada penderita DBD terlihat lesu, dan adanya rasa mual muntah akibat kurangnya nafsu makan dan minum, serta nyeri perut berlebih.
Peran kesehatan masyarakat dalam memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD) sangat penting, terutama melalui promosi kesehatan. Peningkatan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan penanganan penyakit DBD adalah faktor penting dalam keberhasilan upaya pemberantasan penyakit tersebut.Â
Kemenkes (2008), mengatakan untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat, maka upaya pemasaran sosial, advokasi dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lainnya dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan melalui berbagai media massa maupun secara kelompok atau individual dengan memperhatikan aspek sosial budaya yang lokal spesifik.
Promosi kesehatan adalah suatu proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan, serta mengembangkan lingkungan sehat (Machfoedz, 2007).Â