Masyarakat di desa wilulang memandang tradisi sebagai kesatuan dalam membangun falsafah hidup. sehingga munculnya rasa persodaraan antar sesama manusia. Selain itu dengan adanya tradisi dapat menjalin tali silahturahmi dan terciptanya kerukunan dalam tatanan masyarakat. Tradisi merupakan bahasa latin yaitu tradito yang berati suatu bentuk kebiasaan yang diwariskan dan dilestarikan keberadaannya. Dalam kamus antropologi tradisi memiliki sifat magis religius dari penduduk asli yang meliputi nilai budaya norma dan hukum. Sztomka Mengatakan dalam buku sosiologi perubaban sosial bahwa tradisi seperti onggokan gagasan atau ide yang diciptakan pada masa lalu, namun masih dianut dan tidak dilupakan hingga kini.
Salah satu tradisi yang dilestarikan di Desa Wilulang, Kabupaten Cirebon ialah Festival Mapag Sri yang dilaksanakan pada masa-masa panen. Hingga tahun 2024 ritual mapag Sri diselenggarakan pada hari senin,14 juli 2024 dengan menggusung tema "Dengan Semangat Gotong Royong Menyongsong Kemandiran, Pangan PETANI SEJAHTERA, BANGSA BERWIBAWA " Tradisi Mapag Sri sebagai tanda wujud syukur masyarakat kepada tuhan yang maha esa dengan limpahan pemberian perternakan dan perkebunan. Menurut Dedeh Faridah mapag Sri merupakan sebuah jalan bagi masyarakat untuk selalu mengigat segala sesuatu, yang dimakan dan bisa dimanfaatkan adalah bentuk anugrah dari tuhan yang maha esa.
Jika dilihat dari bahasa Jawa, Mapag diartikan menjemput sedangkan Sri ialah padi. Jadi Mapag Sri berarti menjemput padi atau menjemput masa panen. Menurut kepercayaan  masyarakat sunda khususnya di Desa Wilulang mitos Mapag Sri dari nenek moyang ialah adanya Dewi Sri atau Nyi Pohaci Sanghyang, Sri sebagai simbol dari tanaman padi yang diagungkan. Dalam mitologi sunda dikatakan bahwa Dewi Sri saat upacara adat tidak hanya mengenai rasa Syukur menjelang panen, namun sebuah representasi dari peduli lingkungan dan menghormati Perempuan dengan adanya Dewi Sri.
Dalam praktiknya, Mapag Sri di desa wilulang setiap Rt diwajibkan membawa hasil karya yang disi dengan tumpeng, padi, tebu, sayuran dan buah-buahan. Karya tersebut dikumpulkan di balai desa wilulang. Selain itu ada beberapa bale yang diatasnya disimpan kesenian buroq yang merupakan representasi dari penjagaan Dewi Sri kepada padi dan sumber alam lainnya. lalu semuanya diarak mulai dari balai desa wilulang menuju desa curug yang dilakukan pada pagi hari. Acara Mapag Sri diawali dengan doa syukuran dan makan tumpeng bersama. Dilanjutkan pada malam hari yaitu, pentas seni seperti wayang kulit dan tarian tradisional lainnya yang merupakan inti dari upacara adat Mapag Sri.
Penulis : Nur Azizah Istiqomah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H