Mohon tunggu...
Nurazizah
Nurazizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, FAKULTAS ILMU TARBIYYAH DAN KEGURUAN, PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS

Saya adalah seseorang yang memiliki hobi menulis, membaca novel, dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Kognitif, Metakognitif, dan Pendekatan Konstruktivisme

7 November 2024   03:03 Diperbarui: 7 November 2024   03:03 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu teori yang menjelaskan tentang teori belajar kognitif adalah teori gestalt. Teori kognitif muncul dan berkembang karena pengaruh teori gestalt, dengan tokoh-tokohnya seperti Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Mereka kurang setuju dengan gagasan para pemikir sebelumnya (khususnya behaviorisme) tentang aktivitas pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas proses stimulus dan respons. Sehingga mereka melakukan penelitian yang tertuju pada persoalan "persepsi".

Teori gestalt memandang belajar sebagai proses pemahaman (insight) yang berbeda dengan teori behaviorisme yang memandang belajar sebagai proses trial and error. Pengertian insight adalah pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Seseorang dikatakan berhasil dalam proses belajar jika mendapatkan insight. Dengan adanya insight seseorang akan mengerti permasalahan yang dihadapi dan mampu menyelesaikannya. Pada dasarnya setiap tingkah laku individu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal dan memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Misalnya dalam situasi belajar, keterlibatan langsung dalam belajar akan membuat seorang individu menjadi paham sehingga dapat mengatasi masalah yang ada.

Selain itu ada juga pendekatan konstruktivisme. Teori konstruktivisme memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh pembelajar itu sendiri. Menurut pandangan konstruktivisme, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Belajar dalam teori konstruktivistik lebih diarahkan pada experimental learning yaitu adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret seperti diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dirumuskan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Maka dari itu, kegiatan mendidik dan mengajar tidak terfokus pada pendidik melainkan pada peserta didik. Hal-hal yang diutamakan dalam pembelajaran konstruktivistik, yaitu : 1) pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, 2) proses, 3) pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, 4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.

Selanjutnya adalah tentang metakognitif. Istilah metakognitif pertama kali diperkenalkan oleh Flavell, beliau menyebutkan bahwa metakognitif adalah think about thinking atau memikirkan tentang berpikir. Flavell (1979) juga menyatakan bahwa "pengalaman metakognitif adalah kemampuan yang dapat mempengaruhi efek penting pada tujuan atau tugas kognitif, metakognitif, pengetahuan dan tindakan kognitif atau strategi". Sedangkan menurut Eggen & Kauschak (dalam Corebima, 2010) "metakognitif adalah kesadaran dan kontrol pada proses kognitif". Sejalan dengan hal tersebut, menurut (Livingston, 1997) yaitu "metakognitif mengacu pada pemikiran tingkat tinggi yang melibatkan kontrol aktif atas proses kognitif yang teribat dalam pembelajaran".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun