memikul kwintal demi kwintal
berpeluh tanpa berkeluh
setiap pikulan mengandung lirikan
pada sosok manis penjual lapis
"walo kuli tapi punya cinta", tetapnya dalam hati
tak mau waktu mengulur pendaman rasa ini
kwintal terakhir telah dihempasnya
tidak lagi ada lirikan, berganti tatapan
ini bukan perang, ini mengungkapkan rasa
dari laki-laki sejati ke perempuan idaman
"eee .. beli lapisnya", ini hanya awalan hiburnya
senyum manis penjual lapis kencang degup hatinya
tak sabar tapi kelu lidah
tak ada tatapan hanya curi pandang
buyar semua harapan indah
hanya rutukan dan umpatan pada diri yang bimbang
"saya beli lapis sepuluh" sambil matanya menatap uang digenggaman
demi cinta uang habis tak mengapa, sambil berharap sang penjual tahu, aku cinta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI