Tentang keadaan bernama pilek, aku sudah tidak asing bahkan bisa dikatakan sering. Tetapi tentang keadaan aku harus berada di sebuah pesta dalam keadaan pilek, baru kali ini. Makanan aneka warna mengundang selera dan tentu saja karena lapar aku bergegas mengambil satu roti lapis larik hijau dan putih. Aku makan dengan hati-hati, karena aku sangat yakin rasanya bakal amat sangat mempesona mengingat sebuah label terkenal ada di tempat jajanan tergelar. sedetik, dua detik aku mengunyah, tidak ada rasa yang bisa aku rasakan, kecuali lembut dilidah. sialan! kurang ajar! seharusnya aku tahu diri untuk tidak bergaya dalam memakan kue lapis yang sebenarnya bisa jadi sangat biasa saja. Ya, hidungku yang mampet tak mampu membantu merasa, makanan tak ada rasanya. hanya beberapa, panas, dingin, lembut, keras. ah sialan!
Tentang orang yang telah mengajakku ke pesta dan menjamuku dengan berbagai makanan, aku bisa katakan amat sangat tidak asing. Dia temanku, penguasa proyek segala hal. kata penguasa mungkin kurang terlalu tepat karena dia sama sekali tidak berkuasa, tetapi dia bisa menguasakan diri agar walau dia tidak penting-penting amat, masih dapat bagian yang amat sangat luar biasa besar. dan aku melihatnya siang ini dia sedang tertawa sambil di tangan kanannya ada satu tusuk sate kambing dengan potongan yang besar. dia tidak pilek dan dia sedang senang karena proyeknya berjalan dan sekali lagi dia tanpa pilek!
Tentang keadaan-keadaan yang sama sekali tidak memihakku siang ini, aku hanya bisa mengatakan tak apa, karena toh manusia sepertiku, yang hanya bisa bicara dibelakang, hal apalagi yang bisa diharapkan. aku tak berharap keberuntungan dari bicaraku dari belakang. walau aku dan raja proyek ini masih terbilang satu angkatan tapi dari hal-hal mengambil resiko, dia lebih dariku.
"Suka Sup ya mas?"
"Eh iya"
Seorang perempuan muda, cantik dan terlihat bukan dari kalangan pecundang sepertiku menyapa dengan senyum. Mungkin hari ini peruntunganku lain, karena toh pada seorang perempuan pun aku hanya bisa bergunjing tentang orang lain tak berani bicara tentang diriku.
"Saya lihat mas sudah 2 kali menuang Sup"
Sup, ya aku berharap pilekku menjadi sedikit sembuh, membuat sedikit lobang pada hidungku yang mampet. hingga aku bisa sedikit menikmati makanan yang ada.
"Saya sedang pilek"
"Anda benar, makanan yang paling enak adalah makanan yang bisa dimakan saat hidung anda tertutup rapat."
Aku tak mengerti apa yang dia bicarakan.
"Dari tadi saya muter hanya sup ini yang enak."
Dia mendekatkan wajahnya kepadaku dan aku sedikit bingung menghadapi situasi ini. dia berbisik.