Terus terang saya bingung. Admin kompasiana terus menerus diteror tentang keberadaan iklan rokok. yang saya tahu di situ terpampang dengan besar "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin". Itu peringatan akan bahaya merokok sudah sangat besar, tiba-tiba banyak orang khawatir yang tidak merokok jadi merokok. saya perokok. bukan perokok djarum dan saya tidak tergoda ganti menjadi jarum. lalu bagi yang belum pernah sama sekali merokok akankah tergoda dengan kalimat "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin" ini? Tentang iklan rokok di kompasiana. Semua dialamatkan pada isu moralitas, idealisme dan bisnis media. Kemudian sinisme terbesarnya adalah persoalan merokok. Kita para perokok sudah mundur di wilayah yang paling belakang, bersedia tidak merokok di sembarang tempat. Juga para produsen rokok rela mundur untuk ngiklan tidak memakai gambar rokok. Apalagi? Lihatlah iklan-iklan rokok di TV, saya berani bertaruh, iklan rokok lebih mendidik dan lebih kreatif daripada iklan perguruan tinggi mana pun yang notabene lembaga pendidikan! Siapa yang mengenalkan budaya, nilai-nilai pertemanan, keindahan indonesia dan semangat pantang menyerah? Iklan Rokok. Siapa yang menyuruh hal-hal tak berguna seperti RBT dsb? bukan iklan rokok. Jika moralitas dikedepankan dalam memandang iklan rokok di kompasiana, saya benar-benar akan menanyakannya, dasarnya apa? kesehatan? kolesterol masih paling tinggi menjadi penyebab kematian, kemudian pesawat terbang, seterusnya kecelakan akibat ugal-ugalan di jalan atau malah tawuran dan gontok-gontokan. Kerugian ekonomi? Korupsi masih tertinggi yang merugikan negara, bahkan mungkin pajak atas rokok yang di korupsi. Maaf, jika masih seperti ini, terpaksa saya harus beriklan, Rokok adalah obat paling murah penekan stress. Stress adalah keadaan syaraf otak menegang. menegangnya syaraf otak yang terlalu lama akan membuat informasi salah pada tubuh, jadilah banyak penyakit muncul akibat ini. dan sekarang ini banyak yang bisa mengakibatkan stress dari tekanan ekonomi, tidak becusnya pemerintah, argumentasi yang tidak prinsipil yang menimbulkan pertengkaran, kesimpulan yang tergesa-gesa yang bikin emosi. sosial cost dari semua carut marut ini lebih besar daripada hitung-hitungan ekonomi menabung dari merokok. saya memilih merokok untuk rileks, saya tak sanggup membayar yang lebih dari itu untuk rileks. bapak-bapak tukang becak 60 th yang seumur hidupnya alhamdulillah tak pernah dirawat di rumah sakit, menghempaskan beban hidupnya lewat asap. Saya tak peduli kompasiana dapat berapa dari iklan rokok ini, yang saya peduli, tolong dong dipikirkan lebih dalam, jangan mudah khawatir dan lihat lebih proposional. Ada banyak hal yang perlu dikritik daripada mempersoalkan soal rokok. Coba deh kritiknya diarahin pada pelayanan yang lebih bagus karena kompasiana udah dapat sponsor. Terakhir, kalau kekhawatirannya adalah kompasiana dari social media menjadi bisnis media yang tidak lagi punya idealisme, saya masih bisa maklum, tapi kalo mempersoalkan rokok dan khawatir semua jadi perokok dan sakit, kok rasanya dangkal, toh jika saya merokok sekarang, asapnya tak kan sampai ke tempat anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H