Mohon tunggu...
Nuraziz Widayanto
Nuraziz Widayanto Mohon Tunggu... lainnya -

belajar menulis apa saja sambil minum kopi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan 3 Cerita Hantu Di Hari Fiksi Kompasiana

8 Maret 2011   06:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:58 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta Fiksi Kompasiana masih menyisakan gema yang mendengung-dengung. dan kemungkinan besar ini tidak hanya sekedar sisa-sisa dengungan. banyak cerita bagus berkelindan. setelah banyak cerita, so? butuh sebuah pembacaan untuk meluaskan apresiasi agar kanal fiksi kompasiana menjadi lebih berkembang dan hidup. dan hari ini saya telah berjanji pada mbak G dan Mbak Endah Raharjo untuk menuliskan apa yang sudah saya dapatkan dari membaca karya-karya di pesta fiksi tersebut.


ada 3 karya yang menarik perhatian saya. Ketiganya mengangkat tema hantu (mohon maaf saya lebih memilih hantu ketimbang horor), yang pertama, Tamu di Awal Malam karya mbak Endah Raharjo, yang kedua, Hantu Hutan Pinus karya juragan FF mas Gibb dan Wanita Penunggu Pohon Mangga karya Mbak Ani Ramadhanie. dua cerita terakhir memang tidak mencantumkan tag harifiksikompasiana, tapi keduanya di posting dalam rentang hari fiksi kompasiana dari jam 21.00 (4 maret 2011) sampai 09.00 (5 maret 2011).


Cerita Hantu bagi saya adalah cerita yang menjadi 'kerikil' bagi modernitas yang mengusung rasionalitas. Modernitas menepikan hantu menjadi tahyul atau sekedar cerita isapan jempol belaka. dan agen untuk memberantas tahyul ini adalah tokoh kartun legendaris, Scooby Doo, yang bersama teman-temannya selalu bisa membuktikan bahwa hantu tidak pernah ada dan kalau toh ada pasti bisa dijelaskan dengan sains. tapi apapun usaha modernitas yang mengusung rasionalitas, cerita hantu tetap hidup menjadi misteri dengan tokoh-tokoh misteriusnya baik yang menakutkan atau mengundang senyuman.


Tamu di Awal Malam mengawali cerita dengan tense yang tidak begitu menyeramkan tapi keseraman sedikit dimunculkan ketika kalimat "Di bawah sinar, wajah lelaki itu bagai tak dialiri darah" menutup paragraf kedua. dan keseraman setelah itu tidak lagi muncul, cerita tamu di Awal malam mengalir datar dengan percakapan. tidak ada bangunan seram. Tamu di Awal Malam sibuk untuk menjelaskan kedatangan dan hubungan antara tokoh Mita dan Banar melalui percakapan. Alur lurus ini sesak dengan berbagai penjelasan si tokoh melalui percakapan. Dengan mengambil alur lurus, sesaknya penjelasan memang menjadi konsekuensinya hingga keseraman tidak berhasil muncul. tapi Tamu di Awal Malam tampaknya memang tidak berusaha menjadi cerita seram. Dan alur lurus ini ditutup dengan kedatangan sang suami yang merangkai berbagai hubungan cerita kecuali amplop. ya, saya tidak menemukan penjelasan arwah Banar yang memberikan amplop. bagaimana nasib amplop berisi cek 10 juta itu? nyatakah amplop itu? meski menyisakan beberapa pertanyaan dalam benak saya, Tamu di Awal Malam telah mampu mendirikan bulu kuduk saya ketika membaca endingnya.


Hantu Hutan Pinus, berbeda dengan Tamu di Awal Malam, Hantu Hutan Pinus tampil dengan sangat singkat namun penuh dengan emosi. Dengan kesengajaan bahwa cerita ini bakalan FF, maka seluruh informasi coba disisipkan seefektif mungkin. inti ceritanya, Hani yang mati karena diperkosa Dani. pemaparan latar belakang ceritanya sangat efektif dan penuh emosi.


"Hani tak mampu menjawab, hatinya bungah bukan kepalang. Ia hanya tersenyum lebar, kemudian menghamburi Dani dengan kecupan. Awalnya memang demikian, sebuah kecupan sudah cukup. Tapi makin hari Dani kian meminta lebih." satu paragraf efektif yang menjelaskan banyak hal. Hantu Hutan Pinus seterusnya tidak menyajikan keseraman, mencoba tampil dengan tampilan imajinasi tentang sosok hantu. coba simak kalimat ending cerita ini, "... Hani masih menatap hampa pada air sungai, berharap bayangannya muncul disitu". hanya ada satu logika, Hantu tidak mempunyai bayangan. dan cerita ini menggenapkan dan menguatkan logika itu. Sebagai cerita pendek, Hantu Hutan Pinus sangat efektif. dan kalimat ini, "... kecuali bila anjing-anjing polisi berhasil mengendus aroma busuk nun jauh di sana, di kedalaman tanah yang ditumbuhi rimbunnya pinus." Dengan sangat efektif berhasil menjelaskan banyak hal, kecuali pertanyaan tentang hutan pinus. Ada apa dengan hutan pinus? Mengapa mereka berdua ada di situ? dan pertanyaan itu sesungguhnya sedikit mengganggu disela-sela kekaguman saya akan efektifitas penceritaan Hantu Hutan Pinus. Tapi mengganggunya cuma sedikit saja, saya masih sangat menikmati cerita Hantu Hutan Pinus.


Wanita Penunggu Pohon Mangga (WPPM) sedikit tampil berbeda dari dua cerita di atas. dari awal cerita sudah mulai dibangun tentang misteri seorang Arum. sosok Arum ditampilkan sebagai kembang desa. dan cerita ini adalah cerita tentang kematian si kembang desa yang sampai cerita ini dituliskan tetap menjadi misteri. tidak ada konklusi dari cerita ini. misteri tetap misteri. WPPM mencoba untuk membuat semacam suspense dan mungkin suspense inilah yang menjadi tujuan cerita ini. Tidak ada penjelasan tentang kesurupan, mengapa yang disurupi adalah aryani? apa hubungan aryani dengan hantu itu? dan mengapa dia 'ngendon' di pohon mangga tidak di rumah tempat TKP pembantaiannya? tapi sepertinya, sekali lagi, WPPM memang sengaja membiarkan misteri tetap misteri dan lebih memilih untuk membangun suspense dan jika memang seperti itu WPPM saya nilai berhasil membangun suspense.


dan 3 cerita hantu di atas memang mencoba untuk memaparkan sesuatu yang sudah seringkali hadir di negeri kita tercinta, bahwa mistisitas dan rasionalitas seringkali menjadi hal yang tercampur begitu saja. Ragam "Logika mistis" di setiap daerah yang sangat berbeda membuat imajinasi-imajinasi misteri juga sedemikian beragam. akhirnya, review ini hanya sebuah catatan pembacaan yang mungkin saja bisa mengembangkan diskusi di kanal fiksi. mari ngopi dan berfiksi setiap hari dengan hati dan hati-hati. ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun