Mohon tunggu...
Nuraziz Widayanto
Nuraziz Widayanto Mohon Tunggu... lainnya -

belajar menulis apa saja sambil minum kopi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam (dengan) Seribu Bulan

9 Agustus 2010   14:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:11 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dulu saat kecil aku membayangkan ada sebuah malam dengan terang seribu bulan
ah alangkah terangnya malam sambil senyam senyum menatap bulan
pak kyai hanya tersenyum hangat saat diriku kecil 'nginthil' ikut i'tikaf
berharap malam benar-benar akan ada seribu bulan

saat remaja, setelah tahu seribu bulan adalah lamanya waktu
setelah tarawih aku memilih bersenda gurau
pak kyai geleng-geleng melihatku bersuit-suit pada barisan gadis berkerudung yang malu-malu
tidak ada harap tentang malam yang berhadiah waktu

saat sedikit dewasa, seribu bulan adalah misteri
ada berapa tahun seribu bulan itu dan sudah mulai berhitung sana sini
kali ini tak ada pak kyai, hanya obrolan sana sini dan mengganti tarawih dengan kopi
ada harapan namun hanya setitik bersit di hati

saat setengah dewasa seperti sekarang, aku memilih kembali pada imajinasi seribu bulan
untuk menerangi hati yang sudah sangat sibuk mengurus dagangan
aku kembali rindu senyum pak kyai yang terpercik cahaya bulan
Ya Gusti, cahayaMu bukan harapan, ini hanya hal yang selalu aku acuhkan

*langit terang benderang bersama rasi kala jengking, mari ngopi ;)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun