Mohon tunggu...
Nur Awalia Ramadhani Salam
Nur Awalia Ramadhani Salam Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Mahasiswi

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Apakah Pantas menjadi Jiwa yang Teguh dan Teduh di Era-Rantauan??? "kisah seorang anak bangsa generasi emas di Poltekkes BSI Yogyakarta"

1 November 2024   00:06 Diperbarui: 1 November 2024   00:16 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bismillah... "Hai Sobat Reader, salam kenal" aku Alia Ramadhani salah satu mahasiswi aktif di Instalasi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta loh, yaitu Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia, semoga dari artikel ini para Sobat Reader dapat mengetahui apakah pantas kita menjadi jiwa yang teguh dan teduh di masa-masa perantauan. Oh iya sekedar informasi asal daerah aku dari Makassar-Sulawesi Selatan.

Jauhkan??? aku merakit masa depan ><

Sedikit menarik dari perjalanan perkembangan kepribadianku yang darinya hanya anak manja yang dipenuhi seluruh kebutuhan berpendidikannya hingga akhirnya hanya menjadikan kedua kaki ini sebagai tumpuhan untuk meraih masa depan salah satunya menjadi mahasiswi di Poltekkes BSI hingga tahun 2025 nanti.

Pernahkah kalian kuliah sambil part time? jika pernah kita samaan!! Kalian sangat keren!!! ada kalanya waktu kita 24 jam hanya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian pertama kuliah dan belajar, bagian kedua kerja, dan bagian ketiga atau akhir yaitu ISHOMA (Istirahat, Sholat, Makan). Perlu kita ketahui bersama hidup diperantauan bukanlah hal yang mudah kita jalani dan bukan pula hal yang sulit seperti kita bayangkan, ada kalanya kita merasa letih dan hanya ingin berkata "STOP sudahilah semua ini, aku lelah!". 

  • Tetapi ingat perlu kita underline kalimat :

"Jika kalian tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka harus sanggup menahan perihnya sebuah kebodohan -Imam Syafi'i".

Pertanyaanya, apakah kita sudah menjadi jiwa yang teguh? yaa, tentu saja Tidak, jika kita tidak mampu menghadapi kondisi yang kita jalani sekarang. Aku tidak pernah mengatakan diriku bisa, tetapi aku mengatakan diriku ingin berusaha, kepribadian yang ini tentunya ada atau berkembang sejak saat aku keluar dari zona nyaman ku yaitu merantau dan kuliah di Poltekkes BSI Yogyakarta. 

  • Dari penelitian psikologi mengatakan : 

"Otak manusia tidak akan merepon pergerakkan ditubuh jika dalam jiwanya tidak menginginkan itu (Perkembangan)".

Dari kedua kutipan diatas menjadikan pondasi kuat dalam diriku dan sekaligus pertanyaanya untuk alam bawah sadarku, apakah harus seperti ini terus? mengapa ingin finish? jika start saja aku belum menginginkannya!~

Penyampaian dalam diriku ini dan untuk diri sendiri, hanyalah sebuah kata motivasi yang menjadi pasang surut dalam menjalaninya, adakalanya aku sangat bersungguh-sungguh menjalani semua rintian dan rintangan yang ada didepan dengan pondasi kuat kedua kaki ku ini, tetapi apa? adakalanya aku mundur atau hanya menetap di titik kedua kaki ku itu bertumpuh, tidak bisa aku pungkiri aku sering berada disituai ingin menyerah tetapi tidak ingin gagal, perkembangan kepribadian ku begitu diasah dengan keras diperantuan ini, diasah bukan untuk melukai tetapi menjadikan suatu yang tumpul menjadi tajam agar dapat mengiris dengan mudah dan gesit masa depan ku yang akan segera datang, mengapa segera datang? waktu dalam kehidupan itu sangatlah cepat berlalu, jika aku tidak bisa memanfaatkan hari ini, maka esok hari adalah sebuah misterius.

  • Dari peribahasa berkata : 

"Waktu laksana pedang, jika kamu tidak dapat menebas waktu, maka waktu yang akan menebasmu".

Semua penyampaian ini hanya sebagai salah satu jalan menjadikan kita turut serta dalam generasi Emas yaitu pastinya dimulai dari anak bangsa negara tersebut inilah kita Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menjadi jiwa yang teguh dalam menghadapi kehidupan tidaklah cukup jika hanya mengandalkan keteguhan diri kita hanya manusia yang secara mutlak punya kekurangan, anak bangsa tidak jauh dari kata pelajar, mahasiswa, orang berpendidikan (pendidikan dari aspek apapun yang positif), perlu aku ingatkan kembali awal mula pembentukkan kepribadian ku berawal sejak 0 usia, berjalan mengenal dan merabah TK, SD, SMP, MAN hingga akhirnya diasah dengan keras saat dibangku perkuliahan di Poltekkes BSI Yogyakarta. 

Semua penyampaian diatas akan sia-sia jika hanya sekedar keteguhan dalam mengasah diri dengan ilmu dan pengalaman dari sudut kacamata sendiri, jikalau dalam diri tidak ada jiwa yang Teduh, tidak layak kita disebut generasi emas jika tidak ada jiwa yang teduh.

Apasihh Jiwa Teduh itu? ialah jiwa yang tidak bergebuh-gebuh dalam bertindak, jiwa yang mengambil langkah dengan kehati-hatian dan memikirkan dari seluruh segi sudut pandang.

  • Istilah puitisnya : "Jadilah jiwa yang teduh, tidak berapi-api, walaupun seisi pikiran berisik dan ribut"

Menjadi jiwa yang teduh dalam perkembangan diri ku bukanlah hal yang mudah, aku hanya perlu menjadi jiwa yang tenang dalam berfikir dan bertindak, hanya dua kata itu tetapi dua kata itulah yang sangat sulit diterapkan dalam kehidupanku, mengapa? karena emosional manusia terlalu memudahkan dirinya untuk membangkitkan amarahnya lah menjadi prioritas, dan itu susah dalam setiap jiwa manusia termasuk penulis artikel ini.

Jiwa teduh tidaklah mudah jika inginpun tidak bisa secara autodidak, ia akan terlukis dengan sempurna dijiwa-jiwa yang dapat mengendalikan amarah dalam diri, tentukan itu terlatih ketika kita diterjang dari masalah ke masalah dalam berkehidupan.

  • Dalam kitab umat Muslim yaitu Al-Qur'an berkata : "Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS. Al Baqarah: 45)

Aku sebagai mahasiswi yang berkuliah di Poltekkes BSI sangat ingin memegang dua pondasi jiwa itu yaitu Jiwa yang Teguh dan Jiwa yang Teduh, memanglah tidak mudah tetapi selagi aku menjadikan kutipan-kutipan diatas menjadi pondasi kuat ku, maka tidak ada yang tidak mungkin, insyaAllah akan ku pastikan menjadi anak bangsa generasi emas, mungkin bukan detik ini, tetapi detik berikutnya akulah Si teguh dan teduh itu.

Apasih alasan ku ingin menuliskan artikel ini?? yaitu "Akan ku manfaatkan waktu mudaku dengan sebaik-baiknya waktu, sebelum datang masa tuaku yang akan kusesali" - Frasa ini dari motivator ku  (Imam Syafi'i).

`~`~`~`~`~`~`

-Keyword : Lakukanlah suatu karya yang sangat terbaik dari yang terbaik, jika tidak bisa ~ maka karya itulah yang terbaik untukmu

by. AR.bookstory (penulis : Alia Ramadhani)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun