USAHA MENANGGULANGI
PERUBAHAN IKLIM DALAM FARMASI ( Green Pharmacy )
Pendahuluan
Perubahan iklim mengacu pada perubahan iklim yang menyebabkan meningkatnya suhu global. Fenomena ini dapat memengaruhi pola cuaca global secara signifikan, yang mengakibatkan curah hujan yang tidak dapat diprediksi dan gelombang panas yang ekstrem. Dampak perubahan iklim global meliputi mencairnya lapisan es di kutub, meningkatnya suhu laut, maraknya wabah penyakit berbahaya, kekeringan yang berkepanjangan, dan banjir besar. Banjir besar merupakan salah satu konsekuensi potensial dari perubahan iklim global.
Sebagaimana didefinisikan oleh KBBI, banjir terdiri dari air yang melimpah dan deras yang dapat meluap. Kejadian ini terjadi ketika permukaan air di danau, sungai, atau daerah aliran sungai melampaui ambang batas normalnya karena air hujan yang berlebihan, yang menyebabkan penyumbatan di saluran air yang menyebabkan luapan. Saat ini, banjir menimbulkan ancaman yang cukup besar bagi masyarakat dan digolongkan sebagai bencana alam.
Latar Belakang
Salah satu tantangan lingkungan yang signifikan yang dihadapi dunia saat ini adalah perubahan iklim, yang menjadikannya bahan pembicaraan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Fenomena ini menyebabkan dampak yang merugikan di berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Dari tahun 1968 hingga 2007, Indonesia mengalami peningkatan suhu udara rata-rata yang konsisten. Selama 70 tahun terakhir, sejak tahun 1940, suhu permukaan bumi telah meningkat sekitar 0,5 C. Sepanjang abad ke-20, kondisi udara Indonesia telah menjadi semakin hangat, dengan suhu tahunan rata-rata meningkat sekitar 0,3C.
Fenomena yang dikenal sebagai perubahan iklim utamanya berasal dari pemanasan global, yang merujuk pada peningkatan suhu global rata-rata setiap tahun sebagai akibat dari efek rumah kaca yang terkait dengan emisi gas rumah kaca. GRK dikategorikan menjadi enam jenis berbeda: karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), sulfur heksafluorida (SF6),
perfluorokarbon (PFC), dan hidrofluorokarbon (HFC). Tindakan manusia dan kejadian alam sama-sama berperan dalam peningkatan emisi GRK.
Perubahan iklim Serta Potensi Dampak Yang Ditimbulkan
Perubahan iklim telah muncul sebagai isu yang paling mendesak, yang memengaruhi hampir setiap segmen masyarakat lokal dan global. Menurut Badan Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA), per Mei 2022, suhu permukaan global rata-rata tercatat sebesar +0,178, jauh melampaui suhu normal rata-rata dari tahun 1990 hingga 2020. Hal ini menjadi perhatian, karena dampak perubahan iklim tidak membeda-bedakan antarkelompok. Memang, jelas bahwa semua aspek kehidupan, terutama dimensi sosial dan ekonomi, akan terdampak oleh perubahan iklim.
Konsekuensi potensial dari fluktuasi suhu sangat memprihatinkan, karena dapat menyebabkan banyak bencana alam. Lebih jauh, ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tidak terbatas pada dampaknya saja; ancaman tersebut juga dapat berasal dari berbagai sektor dan kelompok, termasuk di bidang teknologi dan kesehatan. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri farmasi, yang hanya berfokus pada produksi obat-obatan, menghadapi risiko yang signifikan dari perubahan iklim.
Diskusi ini tentu saja membayangkan bagaimana Farmasi Hijau dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencegah kejadian serupa dan mengurangi polusi yang berasal dari produk farmasi. Polusi semacam itu dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan langkah-langkah yang mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya di area yang rentan terhadap limbah farmasi.
Farmasi Hijau adalah kerangka kerja yang dirancang khusus untuk meningkatkan setiap aspek industri farmasi, mulai dari pemilihan bahan dalam formulasi, melalui proses formulasi, hingga distribusi dan pengelolaan limbah farmasi, semuanya dengan mempertimbangkan keberlanjutan ekosistem. Selain itu, pengembangan obat-obatan berbasis tanaman, seperti Fitofarmaka, atau penggunaan bahan konvensional yang lebih ramah lingkungan, juga dapat menjadi langkah integral yang dibahas dalam lingkup Farmasi Hijau.Mungkin Green Pharmacy merupakan salah satu inisiatif yang ditujukan untuk mencapai tujuan ini. Fokusnya adalah menciptakan obat-obatan baru yang berasal dari tanaman lokal yang dapat berkontribusi untuk mengurangi perubahan iklim dan menciptakan planet yang lebih hijau. Banyak fitofarmaka yang sedang dikembangkan di negara-negara tropis, dengan India yang memamerkan keahlian signifikan dalam pengobatan herbal, yang terbukti menguntungkan bagi masyarakat di seluruh dunia.
Upaya terpadu di semua sektor diantisipasi, yang menekankan komitmen dan partisipasi aktif dalam penerapan Green Pharmacy, yang berupaya menegakkan keberlanjutan lingkungan dan
mengurangi risiko perubahan iklim. Memprioritaskan penggabungan Green Pharmacy ke dalam formularium nasional sangatlah penting. Untuk mencapai visi ini diperlukan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Penelitian di bidang tanaman obat sangat penting untuk mewujudkan aspirasi Green Pharmacy di negara ini.
Kesimpulan
Perubahan iklim berdampak besar terhadap lingkungan dan merugikan masyarakat lokal, sehingga diperlukan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah untuk merumuskan konsep farmasi hijau yang dapat menjadi salah satu solusi untuk menjaga bumi tetap hijau dan segar. . Konsep farmasi hijau merupakan respon global untuk memitigasi bencana akibat perubahan iklim. Oleh karena itu, permasalahan ini harus segera diatasi sebelum menjadi kekhawatiran yang berkepanjangan di masyarakat.
Daftar Pustaka
Firdaus, A. Y., & Wandira, P. A. (2022). Diplomasi Lingkungan Hidup Indonesia: Mitigasi Isu Perubahan Iklim. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 8(3).
https://www.viva.co.id/berita/bisnis/1538057-sri-mulyani-ungkap-kengerian-pada-2 100-dampak-dari-perubahan-iklim
https://www.republika.co.id/berita/r8hh0t383/industri-kesehatan-dorong-konsep-gr een-pharmacy-di-t20
Puspitasari, R., Eman, C. M., Pusparany, D. A., Azzah, N. R., Ratnasari, S., Heryati, S. H. A., & Takarina, N. D. (2022). Status Kontaminasi Fisik dan Kimia di Teluk Jakarta periode 2015-202. OLDI (Oseanologi dan Limnologi di Indonesia), 7(1), 1-13.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H