Pernahkah Anda mendengar istilah 'lahan basah'? Mungkin yang langsung terlintas di benak kita adalah sebuah area yang selalu digenangi air atau tanah yang lembap dan berlumpur. Namun, lahan basah lebih dari sekadar itu, lahan basah adalah ekosistem yang kaya dan menyimpan banyak keanekaragaman hayati, berperan penting dalam pengendalian banjir, hingga menyaring polutan dari air. Lalu, apa sebenarnya yang membuat lahan basah begitu istimewa?
Lahan basah merupakan wilayah yang sering kali digenangi air atau berfungsi sebagai area penyimpanan air, memiliki karakteristik yang khas karena menggabungkan elemen daratan (terestrial) dan perairan (akuatik). Contoh lahan basah mencakup berbagai jenis ekosistem, seperti rawa-rawa, hutan mangrove, perairan payau, daerah yang sering tergenang banjir, hutan rawa, dan wilayah-wilayah sejenis lainnya (Lingkungan & Basah, 2022). Menurut Hardjasoemantri (1991) dalam Pramudianto (2011), masyarakat umumnya lebih mengenal lahan basah dalam bentuk seperti rawa-rawa, perairan payau, dan tanah gambut.
Ekosistem lahan basah memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan alam. Keberadaan lahan basah sangat penting untuk keberlangsungan hidup. Dari segi ekologi, lahan basah berfungsi untuk mengendalikan banjir saat musim hujan, mengurangi erosi, menahan lumpur, dan menyerap nutrisi serta bahan makanan yang penting bagi kehidupan di sekitarnya. Secara ekonomi, lahan basah bermanfaat sebagai sumber makanan, bahan alami, dan produksi energi. Ekosistem lahan basah membantu menjaga keseimbangan antara makhluk hidup dan lingkungannya. Tentunya, lahan basah juga  menjadi habitat bagi flora dan fauna yang memiliki karakteristik khusus untuk hidup di lingkungan ini (Lingkungan & Basah, 2022). Ekosistem ini tidak hanya berfungsi sebagai penyangga lingkungan, tetapi juga sebagai sumber daya alam yang mendukung kehidupan manusia dan keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.
Berdasarkan buku "Identifikasi Etnosains di Lahan Basah Kalimantan Selatan," Kalimantan Selatan dikenal sebagai daerah dengan luas lahan basah terbesar di Indonesia, mencapai 382.272 hektar (Annisa et al., n.d.). Dengan luas lahan yang sangat besar ini, Kalimantan Selatan memiliki potensi yang signifikan untuk pengembangan dan pemanfaatan lahan basah oleh penduduk setempat.
Oleh karena itu, saya, Nur Aulia Saskia (NIM 2410416120012), mahasiswa S1 Program Studi Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lambung Mangkurat (ULM), angkatan 2024, kelas A, melakukan observasi dalam mata kuliah Pengantar Lingkungan Lahan Basah yang diampu oleh dosen  Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si., M.Si. Observasi ini bertujuan untuk mempelajari pemanfaatan lahan basah dan potensinya di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Fokus pengamatan saya mencakup Kelurahan Sungai Lulut beserta lima desa, yaitu Gudang Tengah, Lok Baintan, Sungai Tandipah, Sungai Pinang Lama dan Sungai Bakung. Pemanfaatan lahan basah di Kecamatan Sungai Tabuk mencakup berbagai jenis. Berikut adalah hasil pengamatan yang telah saya lakukan di lapangan.
1. Pemanfaatan Lahan Basah sebagai Lahan Pertanian untuk Tanaman Pangan
  a. Pemanfaatan Lahan Basah sebagai Lahan Pertanian untuk Tanaman Pangan di Desa Sungai Bakung
   b. Pemanfaatan Lahan Basah sebagai Lahan Pertanian untuk Tanaman Pangan di Desa Sungai Tandipah