Hubungan toksik pasti sering kita dengar dan menggambarkan hubungan yang tidak sehat atau hubungan yang bersifat beracun. Hubungan toksik juga bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Perlu diketahui bahwa hubungan toksik tidak hanya terjadi antara sesama manusia tetapi juga dengan uang bisa terjadi. Hubungan toksik dengan uang berkaitan erat dengan manajemen finansial yang buruk di kehidupan sehari-hari.
Secara sederhana, hubungan toksik dengan uang akan berdampak negatif dan menyebabkan sengsara untuk diri kita. Kebiasaan kecil seperti mengelola finansial dengan asal-asalan, membandingkan finansial sendiri dengan orang lain dapat menjadi awal mula terbentuknya hubungan kamu dengan uang menjadi toksik.Â
Nah, berikut alasan yang membuat hubungan kita dengan uang menjadi toksik?
1. Bisa jadi uang kamu memang kurang.
Inti permasalahannya terletak pada jumlah uang yang kamu miliki. Mau kamu berhemat bagaimanapun tetap tidak cukup uang tersebut untuk kebutuhanmu.Â
Misalnya gaji kamu di bawah UMR atau gaji kamu UMR tetapi kamu memiliki kebutuhan lebih dari UMR. Bayangkan saat kamu hidup di Jakarta dengan gaji 5 juta dan ada keluarga yang harus kamu cukupi kebutuhannya, maka bisa dibilang agak ngepas (uangnya). Ditambah lagi jika nanti ada kebutuhan tak terduga seperti ada yang sakit jadi harus segera berobat.
Kalau sudah begitu, salah satu caranya kamu bisa budgeting. Kamu bisa mengatur dan mencatat semua pengeluaran financial kamu. Karena yang membuat uang tidak cukup sering kali kebutuhan lain-lain atau gaya hidup yang lebih dari uang kamu.Â
Tetapi kalau kebutuhan kamu tidak bisa diturunin, maka kamu bisa melakukan side hustle. Kamu bisa mencoba part time, freelance, volunteer yang dibayar. Atau kamu bisa upgrade skill supaya gaji kamu bisa naik.Â
2. Menyalahkan keadaan.
Hal ini biasanya terjadi pada orang yang ingin kehidupannya berubah dengan pendapatan naik tetapi stuck ditempat. Orang ini merasa dia tidak akan kaya, kehidupannya tidak akan berubah karena memang keadaan sudah begini dan juga suka mengeluh.Â
Tidak ada yang salah dengan mengeluh kalau hanya sebagai rasa untuk meluapkan emosi. Akan tetapi jika mengeluh untuk menyalahkan keadaan, akan jadi boomerang untuk diri kita sendiri.
Sekarang kita hidup di dalam sistem kapitalisme yang artinya kita ditentukan naik atau turunnya derajatnya berdasarkan aset yang kamu miliki. Aset yang dimaksud dapat berupa uang, pengetahuan, relasi, dan lain-lain.
Kuncinya kalau hidup kita ingin berubah, kamu perlu meningkatkan aset, yang paling penting dengan meningkatkan skill, meningkatkan penghasilan sehingga aset kamu dapat bertambah dan tidak bisa hanya dengan menyalahkan keadaan terus menerus.Â
Melakukan sesuatu supaya hidup bisa berubah. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk upgrade diri seperti membaca buku, nonton youtube untuk upgrade skill, dan sebagainya.
3. Mindset merasa cukup yang akhirnya menjadi jebakan.
Hidup sederhana, cukup, bersyukur itu adalah hal yang tidak salah. Tetapi jika kamu mengabaikan keadaan finansial kamu dengan selalu merasa cukup. Padahal hal tersebutlah yang menjadi masalah dan kamu tidak ada usaha. Yang akhirnya permasalahannya tidak akan selesai.
Jika kamu hanya pasrah dan memakai kedok "merasa cukup" inilah yang akan menjadi jebakan. Sehingga konteks "merasa cukup" harus diubah dengan menyadari kondisi finansialmu.Â
Pelu diingat jika "hustle bukan berarti kamu tidak bersyukur".Â
Itulah beberapa alasan yang menjadikan kamu dengan uang memiliki hubungan yang toksik.Â
-Upgrade skill untuk kehidupan yang lebih baik dan manage keuanganmu dengan bijak-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H