Mohon tunggu...
Nur Arviyanto Himawan
Nur Arviyanto Himawan Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pembelajar

Seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kecipir yang Terkabulkan

2 November 2019   11:26 Diperbarui: 2 November 2019   13:45 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buah Kecipir Sumber: https://resepkoki.id/mengenal-memilih-dan-mengolah-kecipir/

Beberapa hari setelah lebaran Idul Fitri tahun 2018, aku kondangan ke tempat kawan SMP ku yang menikah. Di sana aku bertemu dengan kawan-kawa semasa SMP ku dulu, lumayan reunian sekalian. Di sana aku juga bertemu dengan kawan sebangku ku. Lama aku tak bertemu dengannya. Dia sekarang seorang TNI AD yang berdinas di kecabangan Arhanud (Artileri Pertahanan Udara) di Binjai, Sumatera Utara. Mumpung ketemu aku sekalian ajak dia main ke kota Cilacap. Malamnya aku berkunjung ke rumahnya di desa Karangrena, masih satu kecamatan dengan ku, namun letak desanya agak jauh dari jalan raya. Desa Karangrena ini punya komoditi utama, yaitu sayur kecipir hehehe. Sayuran ini tidak hanya ditanam di lahan, namun banyak rumah warga yang di depannya tumbuh kecipir.

Ketika SMP dulu, kalau kami pulang sore seringkali kami membawa bekal dari rumah. Kawan-kawan ku yang berasal dari Karangrena biasanya membawa oseng kecipir, cukup hits waktu itu haha.

Kami sering menyebutnya oseng bintang, karena kalo kecipir dipotong kecil-kecil bentuknya menyerupai bintang bersegi empat Selain dibuat oseng, biasanya juga dibuat pecel. Ah, lama sekali aku tidak makan kecipir. Selama di Jogja aku belum pernah menemukan sayuran ini. Rasanya aku ingin menikmatinya lagi.

Setelah bersilaturahmi dengan keluarga, malam itu kami memutuskan menonton film di bioskop. Kami sebenarnya juga mengajak kawan-kawan lain. Namun sayangnya mereka punya agenda lain. Ya sudah, akhirnya hanya kami berdua saja berboncengan menggunakan motor koplingan.

Selesai nonton film, Jam tangan ku menunjukkan pukul 11 malam. Perut kami terasa lapar. Keluar dari bioskop, hawa dan angin dingin menerpa kami, menambah keroncongan perut. Kami memutuskan untuk mencari makan. Lama kami jalan, tak terasa kami hampir tiba di kota kecamatan. Jalanan yang basah menandakan hujan tadi turun. Untunglah ketika kami pulang ia sudah reda.

Akhirnya kami makan di sebuah warung makan portable dengan mobil combi yang saat itu buka di depan pasar kecamatan. Kami memesan ayam goreng dan teh hangat untuk menemani dinginnya malam. Ketika makanan dan minuman datang, aku agak terkejut. Di piring lalapan aku melihat ada kecipir rebus, wowow betapa beruntungnya aku.

Tiba-tiba teringat ajaran yang aku terima bahwa Alloh mengabulkan keinginan hamba-Nya dengan tiga cara:
1. Ok, Aku kabulkan sekarang
2. Nanti dulu yah, tunggu saat yang tepat
3. Aku ganti dengan yang lebih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun