Mohon tunggu...
Nur Arifah Drajati
Nur Arifah Drajati Mohon Tunggu... Dosen dan Guru -

Menjaga Perilaku dan Keilmuan dengan Istiqomah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Sopir Taksi

11 November 2012   03:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:38 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari sudah menjelang sore ketika saya pulang dari kerja. Saya memutuskan untuk pulang menggunakan jasa taksi untuk mempercepat waktu tiba di rumah untuk berkumpul dengan keluarga. Dikarenakan karena berita terbaru tentang kasus yang berhubungan dengan taksi bahwa kita harus lebih berhati-hati memilih taksi untuk keamanan diri, maka saya memilih taksi biru yang menurut survey aman untuk dikendarai.

Seperti biasa, saya ajak ngobrol sopir taksi tentang apapun untuk mengisi kekosongan waktu. Dari mengobrol tentang waktu kerja, tentang keluarganya, kemacetan, suka duka menjadi sopir taksi, sampai pendapatannya. Sopir taksi yang ramah dan tidak marah saat saya tanyakan tentang hal yang mungkin sedikit sensitif. Ternyata hal luar biasa saya temukan dan saya bisa mendapatkan pelajaran berharga dari sopir taksi ini.

'Ya Mbak, taksi itu seperti dagang Mbak. kadang dapat banyak dan kadang dapat sedikit. Yang penting berusaha dan berdoa Mbak, kita tugasnya menjemput rezeki", kata sopir taksi tersebut. 'Jadi Bapak dengan pendapatan itu membiayai keluarga cukup ya Pak?', tanya saya. "Iya Mbak, yang penting saya niat bahwa ini adalah untuk keluarga saya, Alhamdulillah cukup Mbak. Tapi ada tambahan dari perusahaan Mbak, kalau target kita dalam sebulan dapat 13 juta, saya dapat tambahan sekitar 1,5 juta, tambah sopir taksi ini. Saya selalu mempunyai target setiap bulan saya harus dapat segitu Mbak."

Oh, ternyata sopr taksi pun harus mempunyai target. Dalam hati saya, sopir ini hebat juga ya. Dengan presentase yang diperolehnya, dia dan keluarganya sudah bisa hidup layak menurut perhitungan pemerintah daerah sekitar 2,5 juta. Nah kalau ditambah 1, 5 juta berarti ada tambahan untuk keluarganya. Perjuangan yang lumayan berat untuk seorang sopir taksi dengan target 13 juta.

Apa yang saya dapatkan dari ngobrol ini bukanlah jumlah uang yang didapat. Alih-alih saya ingin jadi sopir taksi. Tetapi ada satu yang menggelitik saya bahwa seorang sopir taksi mempunyai target kerja. Target ini yang akan mengarahkan kita untuk menuju suatu hal yang ingin kita dapatkan. Apalagi jika kita menjadi pendidik, menjadi guru bagi siswa-siswa kita, menjadi contoh bagi orang banyak, alangkah baiknya jika kita masing-masing memiliki target. Dengan memiliki target kita miliki impian, harapan dan juga masa depan yang tentu lebih baik.

Menjadi harapan kita semua bahwa pendidikan bagi anak-anak negeri ini menjadi lebih baik dan terus lebih baik. Tentunya jika hanya pemerintah yang mempunyai target, pastilah tidak tercapai. Kita, guru yang berhadapan langsung dengan siswa di lapangan sebaiknya memiliki target pula. Apa yang akan kita harapkan nantinya dengan pengajaran yang kita berikan kepada mereka.

Kalau seorang sopir taksi semangat mengejar target, bagaimana dengan kita, pendidik generasi bangsa?

Tetap semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun