Mohon tunggu...
Nu Aqisuy
Nu Aqisuy Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I just AM...@nuaqisuy

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Matahari yang Tersenyum

7 April 2013   13:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:35 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang 20 menit jam 2 siang.
Tepat satu minggu di kampung ini,tanah kelahiranku.
Matahari sudah tidak terlalu garang memancarkan sinarnya namun hawa panas masih sangat terasa.
Aku duduk termangu diteras rumahku sebuah rumah panggung.
Dihadapanku,lapangan sepak bola sudah berubah menjadi lautan gabah.
Bulan ini adalah masa panen bagi sebagian besar penduduk kampung yang berprofesi sebagai petani.
Termasuk kakakku,dia tengah sibuk menjemur ase (gabah) yang baru datang dari penggilingan padi sebanyak 11 karung besar.
Sebuah terpal besar yang biasanya digunakan untuk menjadi tenda dijadikan alas gabah yang akan dijemur tadi.
Bukan cuma kakak,beberapa orang tetangga juga sedang sibuk menjemur gabah-gabah mereka.
Teriknya panas matahari justru adalah anugerah supaya gabah-gabah itu cepat kering kemudian kembali dibawa ke pabrik dan digiling lagi menjadi beras.
Aku masih termangu diteras sembari mengetik cerita ini.
Bukannya tidak ingin membantu kakak tapi aku benar-benar tidak tahu bagaimana menjemur gabah ditambah lagi aku sedang menjaga keponakanku yang sedang DBD.*curcol :D
Matahari kembali bersinar terik lagi,ingin sebenarnya mengeluh dan mengumpat sebagaimana status,twit banyak teman-teman di media sosial.
Tapi ketika melihat lagi kakak dan tetangga yang bercucuran keringat menjemur gabah membuatku tersadar,apa yang kita pikir buruk belum tentu buruk juga dipikiran orang lain.
Mungkin bagi sebagian orang,hawa panas di penghujung musim hujan ini begitu menyiksa dan sangat membuat gerah *termasuk saya :D,,padahal bagi sebagian orang yang lain seperti kakak dan petani yang sedang panen panas terik ini sungguh sebuah rejeki dan nikmat yang luar biasa.
Aku membayangkan matahari diatas sana sedang tersenyum seperti mataharinya teletubbies..:D
Tulisan ini hanya sekedar pelampiasan hawa panas dibadan dan pikiran,sekarang mau ambil galah dan petik kedondong di belakang rumah.
Rujak dongdong pedas di hari yang panas,,(˘ڡ˘)
Mari menyegarkan mulut,,hihii
Salam tengah hari,,,^-^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun