Mohon tunggu...
Nur Anwari Putri
Nur Anwari Putri Mohon Tunggu... -

hidup itu benuh warna, jadikan setiap warna itu penuh makna. nikmati kehidupan yang penuh warna dengan selalu mensyukuri nikmat yang ada ||

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Percikan Do’a Dari Seorang Guru

11 November 2013   22:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:17 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu hal yang tak pernah ku lupakan adalah kebaikan seorang guru, diantara semua guru- guru yang selalu membimbingku dan menjadi motivasi ku untuk belajar, ada salah satu seorang guru yang sangat, dan betapa berharganya bagi diriku, seorang motivator bagi ku, yang selalu mau mendengarkan celotehan- celotehan dari mulut cerewet ku. Kehadirannya sangat membuatku termotivasi untuk terus belajar, belajar, dan melakukan yang terbaik untuk semua orang. Sapaan hangat yang selalu ada pada dirinya, membuat seluruh siswa- siswa pun mengaguminya, sosoknya yang bijaksana dan dermawan, sangat pantas untuk seorang guru seperti beliau.

Beliau merupakan seorang guru yang benar- benar guru. Beliau adalah seorang guru yang tidak pernah membedakan antara si bodoh dan si pintar, si kaya dan si miskin, si nakal dan si baik ataupun dari perbedaan fisik lainnya. Semuanya sama di mata beliau. Kesabaran dalam menyampaikan materi pembelajaran, keikhlasan beliau dalam menjalankan profesinya, sungguh sangat di acungkan jempol. Beliau sangat tegas, dan galak tapi pada waktunya, beliau dapat menenangkan para muridnya dengan kelembutan, memberi contoh yang benar, mendidik dengan hati dan senyuman bukan dengan amarah serta selalu mengajarkan kerendahan hati alias tidak sombong.

Beliau pun seorang guru yang selalu mau mendengar keluhan- keluhan para muridnya, seorang guru yang selalu menjadi teladan, dan seorang guru yang mampu berevolusi menjadi sosok seorang Ayah ketika di sekolah. Ayah adalah sapaan bagi beliau di sekolah. Tidak heran banyak sekali murid- muridnya yang selalu ada di dekatnya. Begitu pun dengan diriku, aku dekat dengan beliau, aku merasakan kembali sosok seorang Ayah yang baru saja Ayah kandungku meninggalkanku untuk selamanya. Walaupun beliau tak mungkin disamakan dengan Ayah ku, tapi sosoknya mampu mengobati rasa rinduku pada Ayah kandungku. Tutur kata yang lembut, nasehat- nasehat yang disampaikan, kebaikan- kebaikan yang diberikan, tak mampu aku menggantikannya dengan hal apa pun. Sungguh sangat berharga.

Hingga pada suatu saat, setelah hari kelulusan, setelah semua berkas- berkas ijazah aku terima, aku pun berjalan menuju ruangan Ayah untuk berpamitan kepada Ayah, berpamitan bukan untuk yang terakhir kalinya, namun berpamitan karena aku sudah lulus, dan tak akan belajar di kelas bersamanya lagi. Betapa sedihnya hati ini ketika aku benar- benar akan pergi meninggalkan sekolah tercinta ini, dan sedih ketika aku kehilangan sosok seorang Ayah kedua ku.

Saat aku akan pergi meninggalkan ruangannya, Ayah pun memberikan sebuah surat, surat yang berisikan rangakaian kata yang sangat indah,dan penuh do’a.

Diantara potongan surat itu ....

Percikan Do’a untuk NAP

........................................................................................................................................................

Ya Rahiem, bentangkanlah kasih sayang-Mu untuk NAP. Berilah jalan kemuliaan baginya agar ia menjadi anak yang shalihah, berbakti pada ayah-bundanya, dan penuh cinta kasih pada adik- adiknya. Lindungilah agar ia mampu menjalani hidup ini dengan penuh kemandirian. Berilah kekautan dan ketabahan baginya dalam menghadapi berbagai cobaan, ujian atau musibah. Takdirkan orang- orang di sampingnya mencintainya dengan tulus.

Ya Allah jadikan ia anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya sehingga ia menjadi pembuka surga-Mu kelak bagi kedua orang tuanya. Bukalah terus pintu hatinya agar ia tetap ikhlas terhadap apa pun yang engkau takdirkan baginya.

Ya Allah, pada penghujung pembelajaran ia akan menghadapi ujian nasional, ujian praktik, dan ujian madrasah. Luluskanlah ia dengan sebaik- baiknya, mudahkanlah setiap soal yang ia kerjakan. Berikanlah kesehatan dan ketenangan selama ia menjalani ujian tersebut. Bukalah kesempatan seluas- luasnya agar ia mampu meraih apa pun yang ia impikan.

Ya Rabb, curahkan rizki-Mu baginya agar ia mampu melanjutkan pendidikannya. Bukalah pintu rezeki-Mu kepadanya seluas- luasnya di mana pun ia berada. Berikanlah selalu keberkahan atas segala rezeki yang ia terima.

Ya Allah, Bimbing dan lindungilah NAP agar ia selalu berjalan di atas kebenaran-Mu dan terhindar dari fitnah atau yang tak kuasa dihadapinya. Jadikanlah ia, Ya Rabb, wanita yang memiliki hati bersih, selalu mencintai-Mu dengan khusyu, tak pernah lalai melaksanakan shalat dan kewajiban lainnya. Percantiklah batinnya, Ya Allah, secantik lahirnya yang telah Engkau anugrahkan kepadanya.

Ya Allah, jika saatnya tiba, berilah ia jodoh yang terbaik menurut-Mu. Pasangan hidup yang mencintai dan dicintainya karena ridha-Mu. Hindarkanlah ia dari segala kehinaan yang dapat membuatnya kehilangan harga diri. Hindarkanlah ia dari pergaulan bebas yang dapat menjerumuskannya. Jadikan ia muslimah sejati yang mampu menjaga kehormatannya.

Ya Rabb, dengan segala kuaa dan kehendak-Mu, kabulkanlah Do’aku ini.

(Bandung, medio Oktober 2009)

Betapa sangat terharunya setiap saat aku membaca surat dari Ayah kedua ku, betapa hati ini selalu tergugah untuk tetap terus melakukan yang terbaik. Air mata ini tak mampu untuk ditahan lagi, selalu saja air mata ini menghujani wajah ku.

Seakan ada sesuatu yang dapat ia rasakan ketika menulis surat itu. Yah, surat itu dibuat saat bulan Oktober 2009, Ayah kandungku meninggalkanku ketika Desember 2009, dan beliau memberikan surat ini ketika sudah hari kelulusan di bulan Juni 2010.

Betapa aku sangat merasa dekat dengannya, sampai pada akhirnya guruku ini rela meluangkan waktunya untuk membuat sepercik do’a untuk ku. Surat percikan do’a ini sangat- sangat berharga untuk ku, surat yang sudah berumur 4 tahun ini, masih tetap kusimpan rapih diantara berkas- berkas penting ku.

Tuhan, sungguh aku pun tak bisa menggantikan kebaikan beliau selama ini, mungkin hanya do’a yang sederhana yang bisa aku panjatkan : Ya Allah, semoga Engkau yang membalas semua kebaikan guruku, berilah beliau Kebahagiaan di dunia dan di akhirat bersama keluarganya, tetap curahkan selalu kasih sayang-Mu untuknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun