Mohon tunggu...
Nur Ansar
Nur Ansar Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja lepas

Sesekali jalan-jalan dan baca buku

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Puasa di Kampung Bawa

24 Juni 2017   03:13 Diperbarui: 24 Juni 2017   03:17 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan tahun ini memang hampir setiap harinya diguyur hujan. Eh,maksudnya siang dan malam. Itulah yang terjadi di kabupaten Bantaeng dan kabupaten tetangganya, atau mungkin di kota-kota lain di luar Sulawesi selatan. Bahkan hujan yangmengguyur sempat membuat banjir di kabupaten Bulukumba dan Sinjai. Ramadan kali ini memang penuh dengan air.air hujan maksudnya.

Kampung bawa merupakan kampung yang berada di bagian utaradesa Labbo kabupaten Bantaeng. Merupakan kampung yang letaknya berada di pegunungan. Kampung Bawa, adalah kampung paling ujung, karena setelah kampung itu, hanya ada kawasan hutan desa dan juga tentunya jika semakin ke utara, maka yang kita dapati adalah gunung Lompo Battang.

Jarak dari pusat kota Bantaeng ke desa Labbo cukup jauh. Jalan yang dilalui juga berliku-liku, mungkin seperti kisah cinta kalian yang penuh liku-liku. Kampung bawa bisa diakses dengan menggunakan angkutan umum yang biasa disebut dengan pete'-pete'.  Angkutan ini satu spesies dengan angkot. Tapi pete'-pete' yang biasa melewati kampung tersebut juga terbatas. Hanya ada empat mobil pete'-pete' yang biasa mencari penumpang dari pusat kota ke kampung tersebut. Itupun yang punya pete'-pete' adalah orang situ.

Kata nenek saya, dahulu kala, bukan dizaman pra sejarah. Tapi disaat akses kendaraan menuju kampung tersebut masih sangat terbatas.  Orang-orang yang ada di sekitaran kampung tersebut masih berjalan kaki ke pasar Banyorang, yang jaraknya sekitar 7 kilometer. Tapi sekarang sudah tidak lagi, sudah bisa diakses dengan pete'-pete' ataupun motor.

Keramahan penduduk kampung Bawa sampai sekarang masih ada. Bukan hanya keramahan penduduknya, tapi keindahan dan kesejukannya pun masih terjaga. Jika kita berkunjung kesana, sapaan penduduk kampung pasti akan selalu terdengar.lengkap dengan senyum ramah.

Kampung Bawa, berada di sebelah utara dari bukit yang masih rimbun. Bukitnya tidak terlalu tinggi, tapi banyak cerita yang menganggapnya bukit keramat. Bahkan konon katanya ada yang pernah menanjak dan tidak kembali. Sedangkan di sebelah utara adalah gunung Lompo Battang.

Saya berkunjung ke kampung bawa sehari yang lalu, bersama dengan kawan yang tinggal di sana. Udara yang sejuk, serta suguhan kopi  jenis arabica yang diolah dari panen hingga dapat diseduh tentu sangatlah nikmat. Perlu saya katakan bahwa, saya tiba di kampung Bawa saat malam hari, jadi saya pasti minum kopi. Nah kalau siang hari itu lain cerita. Saya sedang berpuasa.

Masih banyak lagi yang bisa dinikmati di kampung Bawa. Mulai dari pemandangan hingga yang lainnya. Ada juga kebun bawang, kol, dan wortel. Cukuplah itu menemani puasa anda jika berkunjung ke sana.

Itu saja, jika kalian penasaran, silahkan berkunjung sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun