Mohon tunggu...
Nur Annisa
Nur Annisa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Harus Menuntut Ilmu di Tempat Mahal?

26 April 2018   16:25 Diperbarui: 26 April 2018   16:32 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apapun Sekolahnya Hal Terpenting Orang Tuanya

Sebagus atau semahal apapun sekolah anak -- anak kita , sama sekali bukan jaminan untuk menghasilkan anak yang sholih dan sholihah , atau bahkan anak yang ber akhlak baik.

Saya berkata ini karena sudah hampir 15 tahun mengelola lembaga pendidikan , berinteraksi dengan banyak stakeholder berbagai kalangan dari dunia pendidikan Ucap ( Hilmi Firdausi ).

Sehingga bisa mengambil kesimpulan bahwa sekolah terbaik adalah KELUARGA.
Terutama bagi anak -- anak hingga jenjang sekolah dasar ( SD ) .
 Sebuah kemustahilan jika kita mengharap atau menginginkan anak -- anak kita " Berakhlak baik " sedangkan di rumah orang tuanya
* Sering Bertengkar
* Sering Marah - marah
* Sering Berkata kasar
Juga menjadi " Mission ( almost ) Imposibble " Jika mengharapkan anak -- anak kita menjadi anak yang bertaqwa , rajin sholat  , mampu menghafal Al-qur'an , semangat dalam menuntut ilmu terutama ilmu agama . Jika orang tua
# Cuek terhadap agama
# Ayahnya malas Sholat
# Bunda juga seringkali sholat tidak tepat waktu
# Ayah bunda malas menuntut ilmu agama , jarang menghadiri kajian -- kajian islami , jarang berinteraksi dengan al -- qur'an .

Perlu kita ketahui semua bahwa " panutan Anak adalah Orang Tua , bukan Guru " . Bahkan sebagian anak -- anak bercita -- cita ingin seperti orangtuanya .

Terutama Ayah sebagai sosok laki -- laki ( Role Model ) bagi anak laki -- lakinya , dan First Love bagi anak perempuannya.

Bunda... Terlebih lagi seorang bunda , baik anak laki -- laki maupun perempuan ia adalah sosok
"Malaikat Pelindung " . Satu rahasia kecil , para ulama dan orang bijak jika mendapati anaknya berbuat tidak baik , seperti berkata tidak jujur , susah di atur , maka mereka pertama akan menyalahkan diri mereka sendiri , bahkan menghukum diri mereka sendiri.

Kenapa anak saya bisa seperti ini ?

Apakah saya tela berbuat dosa ?
Apakah ada makanan haram yang saya berikan kepada anak -- anak saya ?

Itulah sejatinya orang tua yang baik , setiap ada kejadian yang kurang mengenakkan tentang buah hati , mereka langsung ber muhasabbah , bukan menyalahkan anak , ataupun orang lain , bukan meng kambing hitamkan sekolah , lingkungan , meskipun secara keseluruhan ada faktor kenakalan anak. Namun , faktor terbesar adalah " Kelalaian Orang Tua ".

Mari kita sebagai orang tua belajar menjadi guru kehidupan untuk anak -- anak kita " . " Guru yang akan terus di kenang baik dan buruknya " , " Guru yang tidak hanya mengantarkan anak -- anaknya ke gerbang wisuda , tapi lebih jauh mengantarkan mereka masuk ke gerbang surga ".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun