Mohon tunggu...
Nur Anisa Syafa Azzahra
Nur Anisa Syafa Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi S1 Farmasi STIFAR Yayasan Pharmasi Semarang

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pencegahan Resistensi Pada Penggunaan Obat Antibiotik

19 Desember 2024   17:06 Diperbarui: 19 Desember 2024   17:06 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Obat Antibiotik (Sumber : Pinterest)

Menurut Permenkes No.28 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pengunaan Antibiotik, antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit. Saat ini obat antibiotik sering sekali diresepkan oleh dokter kepada pasien, namun penggunaannya masih sering tidak benar dan tepat. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pemahaman oleh masyarakat mengenai penggunaan antibiotik yang sesuai dengan kondisi. Penggunaan antibiotik yang relatif tinggi, dapat menimbulkan resistensi bakteri terhadap obat antibiotik serta menjadi suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindari. 

Resistensi terhadap antibiotik yang dimaksud adalah dimana obat tersebut tidak memiliki kemampuan secara efektif untuk menyerang atau membasmi pertumbuhan pada bakteri di dalam tubuh, dengan kata lain bakteri tersebut sudah kebal terhadap obat yang diberikan, sehingga bakteri tersebut belum dapat terbunuh secara maksimal. Obat antibiotik ini termasuk golongan obat keras, sehingga dalam pemakainnya harus dibawah pengawasan dokter. Hal ini bertujuan agar dalam penggunaan antibiotik dapat digunakan dengan tepat dan sesuai dengan aturan dosis, pemakaian serta tepat waktu yang tidak dapat akan menyebabkan resistensi antibiotik. 

Dengan banyaknya kasus resestensi terhadap penggunaan obat antibiotik, maka seluruh tenaga medis harus lebih menekankan terkait penggunaan obat antibiotik yang tepat dan sesuai dengan aturan pemakaianya kepada pasien. Hal ini bertujuan agar pasien dapat mematuhi dan mengikuti perintah dokter dan tenaga medis lainnya untuk menggunakan antibiotik dengan benar dan tepat waktu, sehingga antibiotik dapat bekerja secara efektif pada pengobatan penyakit. Upaya penggunaan antibiotik yang bijak menjadi strategi penting untuk mencegah terjadinya kasus resistensi. Langkah ini memerlukan kolaborasi antara tenaga kesehatan, pemerintah dan juga masyarakat.

Penggunaan antibiotik yang bijak dapat dimulai dari pemberian resep yang tepat oleh dokter. Obat antibiotik tersebut harus dipastikan oleh dokter bahwa hanya diresepkan jika terdapat indikasi infeksi bakteri yang jelas. Penggunaan antibiotik untuk infeksi virus seperti flu, batuk dan diare, harus dihindari karena justru akan meningkatkan risiko resistensi dan tidak efektif. Selain itu, dokter juga harus memilih jenis antibiotik yang sesuai dengan tingkat keparahan infeksi bakteri, serta memberikan petunjuk dosis dan waktu pengobatan yang benar.

Edukasi kepada masyarakat juga merupakan peran penting dalam mendukung penggunaan antibitik secara bijak. Pasien perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya mengikuti anjuran dokter dalam mengonsumsi antibiotik, termasuk dalam menyelesaikan pengobatan antibiotik secara tuntas meskipun gejala yang dialami sudah membaik. Penghentian antibiotik secara tiba-tiba akan memberikan peluang bagi bakteri untuk bertahan hidup dan berkembang kembali lebih banyak. Masyarakat juga harus diingatkan untuk memperhatikan waktu dalam mengonsumsi yaitu secara tepat waktu pada jam yang sama, dan diminta untuk antibiotik dihabiskan agar bakteri dapat terbunuh secara maksimal. Selain itu, juga perlu diinformasikan bahwa sisa antibiotik yang digunakan pada pengobatan sebelumnya dilarang untuk tidak diminum kembali.

Pemerintah dapat mendukung dalam penggunaan antibiotik dengan bijak melalui pengawasan ketat dalam distribusi obat dan kampanye kesadaran publik tentang bahayanya resistensi terhadap antibiotik. Langkah strategis yang dapat dilakukan seperti program pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan serta pengawasan pola penggunaan antibiotik. Dengan pendekatan yang dapat menyeluruh dan berkelanjutan, maka resistensi terhadap antibiotik dapat dicegah, sehingga efektivitas antibiotik sebagai penolong utama dalam melawan infeksi bakteri dapat dipertahankan untuk generasi mendatang.

Dampak dari resistensi antibiotik memang cukup menghawatirkan dan berbahaya. Maka dengan adanya strategi untuk mencegah resistensi antibiotik, kasus resistensi perlahan pasti akan berkurang. Sehingga diharapkan antibiotik yang digunakan dapat bekerja secara efektif untuk membunuh bakteri didalam tubuh sehingga menghasilkan pengobatan yang optimal. Hal ini didukung dengan kepatuhan pasien kepada tenaga medis dalam pengawasan mengonsumsi antibiotik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun