Mohon tunggu...
Ria Astuti
Ria Astuti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menikmati Perjalanan :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Romantisme Tauhid Dalam Doa

27 Agustus 2012   22:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:15 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13461071301534828493

[caption id="attachment_202572" align="aligncenter" width="512" caption="Ilustrasi : FB Megaphoto"][/caption]

Apa yang ada dalam pikiran

ketika setulusnya doa mengalir?

Harapan membuncah lincah

menggenggam kokoh keyakinan

akan pendengaran Tuhan..

Tuhan,

Tentu Dia lebih tahu

bagaimana mengkondisikan semesta

berkonspirasi dengan waktu

demi sebuah realitas doa...

,

Apakah remeh bagimu

jika suatu masa

kau mendapati harapan yang pernah hanya terbetik dalam benak

tidak terlantun dalam doa

hanya mengalir dalam bening suara hatimu saja

kemudian ia menjadi nyata milik realitasmu...

Bagaimana memahami keajaiban dengan cara-cara kerdil manusiawi,

jika persepsi akan kasih sayang Tuhan

terbatas hanya pada seberapa banyak harapan doa yang menjadi realitasmu...

,

Apakah remeh bagimu,

Mendapati apa-apa yang tidak pernah begitu dipedulikan

Kemudian menjadi seutuhnya nikmat yang menopang kehidupanmu?

Kedua kaki utuh melangkah

Kedua tangan gempita beraktifitas

Mata-telinga-hati

Dan segala perangkat tubuh lainnya

Yang belum juga berhenti

Memberi kesempatanmu

Untuk berbuat sesuatu…

Tidakkah ini juga termasuk rangkaian doa yang terijabah?

,

Kemudian lihatlah juga

Bagaimana langit ditegakkan tanpa tiang-tiang penyangga

Bagaimana awan-awan menghampar indah

Bergantian rupa warnanya

Adakah yang melukis pelangi dengan Maha Kreativitas melebihiNya?

Bukan kebetulan,

Semesta diciptakan

Manusia hanyalah ekosistem kecil dalam tatananNya

Namun sungguh bumi dan langit diciptakan untuk menopang kehidupan manusia…

,

Resapi…

Maknai realitas doa-doa yang merantai pagi demi pagi

Demi matahari yang belum berhenti hadir menyinari

Apapun yang diri inginkan

Doa-doa sejatinya akan menemui realitasNya

Hanya,

Syarat dan ketentuanNya tetap berlaku…

:)

_________________

Tentang kemarau yang menggalau

Tersemat rindu pada kalung-kalung debu

Jejak-jejak kering

Retak-retak tanah kehausan

Setulusnya kami rindu kehujanan…

Demi doa yang sedang menempuh perjalanan ijabahNya

Hujan akan segera menderasi bumi Jakarta

inshaAllah…

***

Salam muhasabah…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun