[caption id="attachment_203052" align="aligncenter" width="409" caption="Ilustrasi : jurnalisperempuan.com"][/caption]
Kini kau lemah
penuh keluh kesah
menyusuri waktu
dengan gelora kesedihan...
-
Aku gelisah
bagaimana agar lemahmu
menjadi milikku?
bagaimana api semangatku agar membakarmu?
-
Aku ingin menjadi bantaran
yang membendung derai air deritamu
ijinkanlah,
aku menyeka lelah duka
yang terus saja menggerogoti kesehatanmu
ijinkanlah,
aku menjadi buah manis
untuk makanan ruhanimu..
-
Aku adalah pohon
yang benihnya telah kau tanam
atas nama kasih sayang
akarmu tertancap kokoh
menjadi pondasi pijakanku...
-
Aku adalah benih janin
yang telah kau pelihara
menempati ruang rahimmu
penuh kehangatan,
teduh dalam damai,
kurenangi air kasih sayang di dalammu
hingga suara semesta
mengenalkanku pada dunia…
-
Aku mencintaimu
dengan keterbatasanku
dengan cinta yang cukup memalukan...
ijinkan aku,
memelukmu…
walau hanya pada doa-doa terlantun
-
Untukmu,
Ibu…
___________________
Salah satu musik yang cukup sensitif untuk dinikmati, kasih sayang Ibu…
Jika kini beliau sudah renta dan uzur dalam kepayahan menikmati kesehatannya, tidak kunjung menemukan obat permanen yang sesuai bagi kebaikan fisiknya, tidak ada dokter yang bisa membangun motivasi sugesti kesehatannya, tidak ada yang membuatnya lebih baik, tidak ada… Tidak ada yang lebih diharapkannya, selain kita… anak-anak yang dahulu pernah dibesarkannya dengan kasih sayang tak terbatas…
Kini beliau terbaring lemah, bukan uang yang diinginkan dari hasil jerih payahnya membesarkan kita, bahkan beliau hanya menginginkan sedikit waktu kita, demi memahami benih-benih kebahagiaan dalam kehidupan yang telah diusahakannya, beliau ingin mendengar melalui matanya akan apa-apa yang kita lakukan, beliau ingin melihat dengan telinganya bagaimana kita mendeklarasikan kehidupan dengan sebekal kasih sayang yang dilekatkannya pada karakter kita, beliau ingin merasakan melalui indera penciumannya bagaimana harum akhlak yang menebar pada lingkaran kehidupan kita, beliau ingin…
Ah kita? sepantasnya diriku berkaca…
bagaimana aku memenuhi keinginannya, bahkan waktupun aku tak lagi memilikinya, bahkan aku begitu malu mempersembahkan cinta yang begitu sederhananya untuk beliau…
Beliau adalah pohon kasih sayang, akarnya kokoh cabangnya menjulang mendaki langit, tidak berlebihan jika Tuhan menghadiahi surga di telapak kakinya…
Apa kabar ibumu?
Sudahkah ia tahu bahwa kau mencintainya?
________
salam muhasabah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H