Mohon tunggu...
Ria Astuti
Ria Astuti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menikmati Perjalanan :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diam Yang Bergerak

21 September 2012   17:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:02 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1348247716619187580

[caption id="attachment_207058" align="aligncenter" width="325" caption="Ilustrasi : FB Titik Temu"][/caption]

Diam

Bukan tidak bergerak

Hanya menetralkan gerak fisik

Menjadi gerak halus

,

Tak terlihat,

Namun berwujud

Tak terdengar,

Namun berbicara

Tanpa pedang

Mengalahkan musuh terbesar

dalam diri…

,

Diam di satu sisi

Bergerak pada sisi yang lain

Diam di luar

Bergerak bebas di dalam

Diam di sini

Bergerak di sana

Selalu saja

Bergerak

Tidak terbatas

Pada indera kebodohan

,

Kehidupan berproses

Membentuk peta pemikiran

yang mengendalikan

masa depan

mengikat masa lalu

Untuk apa seribu tangan,

Seribu keinginan,

Seribu kemampuan,

Jika pusat pengendalinya

Hanya terpaku

Pada figur musuh besar

Hawa nafsu…

,

Ksatria terhebat

Tanpa pedang

Mengalahkan musuh terbesar

dalam diri…

________________________

Secara fisik manusia terlihat diam tak bergerak, namun ada darah yang bergerak mengaliri rongga-rongga dalam tubuh, ada jantung yang tetap beroperasi menjalankan tugas mulianya, ada nurani yang berteriak-teriak kesakitan, ada hati yang berperang melawan musuh terbesarnya. Begitu banyak perangkat lain yang tetap bergerak dalam diam yang terlihat secara fisik.

Ketika melumpuhkan indera, memeluk kehangatan sunyi, kemudian secercah cahaya kembali hadir, memenuhi ruang-ruang yang semula gelap. Murid yang bodoh itu, menemukan kepandaiannya dengan berguru pada diamnya sunyi.

Tulisan terkait : Melumpuhkan sunyi

______ Salam Muhasabah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun