[caption id="attachment_205912" align="aligncenter" width="570" caption="ilustrasi : 1x.com"][/caption]
Kita tidak pernah benar-benar mampu menjaga hati orang lain, mengendalikannya sesuai dengan kemauan. Sekuat apapun menahannya, ia akan tetap terlepas jua mengikuti alur takdirNya. Dan sekuat apapun melepasnya, ia akan tetap bertahan jika penaNya telah menggoreskan jalan takdirNya menetap di hati.
,
Bagaimana sederhananya kekuatan dalam diri mencoba menahan laju perjalanan takdir?
,
Aku tidak akan mampu menahanmu untuk tidak membenciku. Akupun tidak kuasa memaksamu untuk menjaga madu rasa dalam benih-benih kasih sayang tunggal hanya untuk diriku seorang. Aku berusaha semampuku melepaskan perasaan dari keterikatan akan sebuah kecenderungan hati. Jika segalanya telah ditentukan, aku akan mulai mendengar derap langkah waktu, mengikuti arahnya, berhenti dan berjalan sesuai dengan arah membawaku. Sejatinya keyakinan akan menuntun, pijar cahayanya takkan redup bagi pejuang yang meluruskan pedang niatnya. Membencilah, mencintalah, mendendamlah, pilih mana saja yang kau suka, semua akan kembali pada apa yang bersarang dalam hati, niat.
,
Jika keterikatan dari keinginan memiliki ini telah terlepas, semesta akan bersegera, merampungkan apa-apa yang tak terdengar. Sesuatu yang tidak dikatakan namun mengawang di langit-langit jiwa, sesuatu yang tidak mampu dideskripsikan secara fisik namun narasinya telah menggetarkan doa-doa tulus kepada yang diyakini. Semesta bersegera menyempurnakan proses takdir berbasis niat. Tuhan tidak tuli, buta, apalagi mati, Dia terbebas dari segala cacat dan kealpaan. Semua hati digenggamNya, mudah saja bagiNya membolak balik dan mempermainkannya, tidak akan rumit bagiNya merampungkan sebuah niat menjadi realitas kebahagiaan tak terbatas.
,
Hari ini, saat ini, adalah detik di mana masa depan sedang direncanakan. Bekal rasa yang akan dibawa hingga akhir hayat akan ditentukan saat ini. Rindu, kebencian dan cinta walau sudah padam sekalipun akan kembali dinyalakan oleh bubuk-bubuk kenangan yang tersisa, walau bubuk-bubuk itu hanya serupa debu, namun ia menempel kuat pada waktu, cukup lama, bahkan mungkin lebih lama dari pada apa yang ku kira. Aku tidak akan merencanakan lukanya cinta yang tidak disetujui olehNya.
,
Aku tidak akan mencintaimu, kecuali Tuhan menginginkannya…
________________________
Alen terbangun, rupanya ia masih berada di sebuah salon spa tempat ia memulai untuk melakukan pijat refleksi setengah jam yang lalu. Pijat refleksi telah melancarkan peredaran darahnya, juga berhasil mengendurkan segala ketegangan dalam perasaannya. Perlahan Alen mulai memahami, mengapa Rayan menuliskan surat itu, demi menjawab pernyataan cinta darinya... _________ salam muhasabah :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H