“L’audace, l’audace, toujours l’audace!”
Artinya kurang lebih tentang keberanian.
Yup...sejatinya keberanian itu sudah ditanamkan pada setiap dada manusia. Lalu mengapa kini rasa berani itu pudar?
Ada yang merasa bahwa apa yang telah kita raih adalah sepenuhnya sudah menjadi miliki kita dan enggan lepas dari genggaman.
Takut kehilangan harta, takut kehilangan jabatan, takut kehilangan istri dan ketakutan yang lainnya.
Sedikit kita bahas tentang Takut Kehilangan Jabatan, apakah anda pernah merasakan hal tersebut? Aha..anda rupanya tak sendirian, di sini, di negeri ini, negeri yang bernama Indonesia, fenomena Takut Kehilangan Jabatan sudah menjadi rahasia umum kita bersama.
Apakah para pemimpin partai yang di duga melakukan tindakan melanggar hukum, punya nyali untuk berani mengundurkan diri?
Apakah para pemimpin partai dan anggotanya bila ada yang menjadi tersangka dalam kasus hukum, berani mengundurkan diri dengan suka rela, tanpa harus di gempur oleh awak media?
Kecintaan yang berlebihan terhadap dunia (baca: jabatan) membuat para pemimpin partai dan anggotanya mati rasa. Mereka lupa atau pura-pura lupa, bahwa yang harus di bela mati-matian adalah kepentingan rakyat banyak yang telah mengantungkan harapannya pada ANDA. Bukan berani membabi buta dan terus membela kepentingan ANDA sebagai Presiden Partai atau anggota partai atau bahkan sebagai anggota dewan.
Ada Partai Keadilan Sejahtera yang dengan BERANI, mengganti Presiden partainya ketika tersandung masalah Daging Impor(bahkan usulan ini datang langsung dari yang sedang tersangkut masalah), padahal belum terbukti bersalah, dan hanya dalam hitungan hari sang pemimpin baru telah terpilih, sejak kasus itu terkuak di permukaan.
Tak perlu MUNAS, tak perlu KLB, tak perlu retorika yang panjang dan melelahkan. Cukup ganti pemimpin yang sedang berhadapan dengan permasalahan hukum. Partai yang di bangun dengan system, pasti ada banyak kader yang siap menggantikan, karena sejatinya kepemimpinan adalah estafet regenerasi yang harus terus berputar. Pastinya punya nyali besar, untuk BERANI melakukan pergantian kepemimpinan dengan cepat. Ini menjadi edukasi buat internal partai dan pendidikan politik bagi bangsa Indonesia.