Mohon tunggu...
Muhammad Nur Amien
Muhammad Nur Amien Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Bebas Bersahaja

Hobi menulis dan membaca semua bidang ilmu dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tantangan Pola Makan Generasi Sekarang Vs Makan Bergizi Gratis di Sekolah

15 Januari 2025   09:20 Diperbarui: 15 Januari 2025   09:20 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makan bergizi gratis di sekolah (Sumber: kompas.com oleh Intan Afrida Rafni)

Tantangan Pola Makan generasi sekarang  Vs  Makan Bergizi Gratis di sekolah

Pola Makan Generasi Sekarang

Siapa yang tidak tahu betapa menggiurkannya makanan instan atau cepat saji, seperti pizza, hamburger, donat, keripik kentang dan lainnya? Namun, mengonsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dianggap dapat membahayakan kesehatan. Makanan cepat saji mengandung kalori, lemak, garam, dan gula yang tinggi, tetapi miskin gizi. Mengonsumsi jenis makanan ini setiap hari tidak disarankan. Namun, banyak orang yang lebih menyukainya karena praktis, cepat, lezat, dan mengenyangkan.

Saat ini, banyak anak dan remaja gemar menyantap makanan cepat saji. Anak dan remaja yang memiliki tingkat aktivitas sosial yang tinggi cenderung lebih banyak berinteraksi dengan teman sebayanya. Di berbagai kota, beberapa kelompok anak dan remaja dapat terlihat makan bersama di tempat makan cepat saji. Makanan cepat saji sebagian besar yang banyak diproduksi di negara-negara Barat, sekarang sudah menyebar diseluruh dunia termasuk Indonesia biasanya mengandung banyak lemak, gula dan garam. Jika anak dan remaja mengkonsumsi makanan cepat saji dalam jumlah banyak hampir setiap hari, dapat beresiko terkena penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi dan obesitas.

Salah satu alasan anak dan remaja mengonsumsi makanan instan atau cepat saji adalah karena rasanya yang lezat. Anak dan remaja yang terbiasa mengonsumsi makanan cepat saji percaya bahwa rasanya lezat, mudah diperoleh, dan merangsang selera makan.

Pola makan generasi sekarang bergantung pada makanan instan atau cepat saji, hal ini mengacu pada kebiasaan anak dan remaja generasi sekarang yang sering menjadikan makanan seperti kentang goreng, hamburger, pizza, mie instan, camilan kemasan, dan minuman manis sebagai sumber utama energi. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain:

  • Makanan instan sering kali lebih mudah didapatkan dan harganya terjangkau, sehingga menjadi pilihan utama keluarga dengan anggaran terbatas.
  • Kandungan gula, garam, dan penguat rasa membuat makanan ini lebih disukai dibandingkan makanan bergizi.
  • Banyak anak tidak memiliki akses atau tidak terbiasa dengan makanan sehat, sehingga lebih memilih makanan instan.
  • Promosi makanan instan yang masif di media sosial serta gaya hidup modern turut mendorong konsumsi makanan jenis ini.

Selain pola makan yang kurang sehat, tantangan berikutnya adalah Pola Jajan yang Tidak Sehat, merujuk banyaknya anak dan remaja lebih suka membeli jajanan di luar sekolah yang tidak higienis dan kurang bergizi. Jajanan seperti gorengan, permen, keripik, atau minuman berwarna sering kali tinggi kandungan gula, garam, minyak, serta pengawet.

Selain itu, jajanan ini sering dijual di lingkungan yang kurang bersih, meningkatkan risiko kontaminasi bakteri atau bahan kimia berbahaya. Faktor harga yang murah dan rasa yang kuat membuat jajanan ini menarik bagi anak-anak, meskipun berdampak negatif pada kesehatan mereka dalam jangka panjang. Kebiasaan ini juga diperburuk oleh minimnya pengawasan terhadap kualitas jajanan yang dijual di sekitar sekolah.

Tantangan berikutnya adalah pengaruh media sosial terhadap tren makanan sering kali tidak sehat namun menarik perhatian anak dan remaja generasi sekarang. Anak dan remaja mudah terpengaruh oleh konten viral yang menampilkan makanan dengan tampilan menarik, seperti makanan berwarna mencolok, makanan pedas ekstrem, atau makanan berlapis keju berlebih. Konten ini sering kali tidak mengedepankan nilai gizi dan mendorong konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak. Selain itu, tantangan atau tren makan tertentu di media sosial dapat memperburuk kebiasaan makan tidak sehat karena anak-anak ingin mengikuti tren tersebut tanpa mempertimbangkan dampaknya pada kesehatan.

Program makanan bergizi gratis di sekolah yang mulai bergulir

Program makan bergizi gratis di sekolah adalah langkah penting untuk mendukung kesehatan dan pendidikan anak-anak Indonesia. Namun, keberhasilan program ini membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan edukasi, inovasi, dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Dengan mengatasi tantangan yang ada, kita dapat memastikan generasi mendatang tumbuh menjadi individu yang sehat, cerdas, dan produktif.

Program makanan bergizi gratis yang dimulai sejak Senin (6/1/2025) lalu di 190 lokasi di 26 provinsi ini menuai beragam komentar dari anak-anak. Anak-anak pun tampak memberikan pujian atas makanan yang mereka terima secara gratis. Masing-masing dari mereka terlihat menerima nasi, lauk, sayur, dan buah.

Tetapi terdapat beberapa kasus di mana siswa menolak makanan bergizi gratis yang disediakan di sekolah. Berikut beberapa contohnya:

  • Di Purwakarta, seorang siswa menolak menu makan siang gratis karena lebih menyukai sayur bening buatan ayahnya. Setelah berdiskusi, siswa tersebut setuju jika diberikan bubur kacang hijau sebagai alternatif.
  • Di Palembang, seorang siswa kelas 3 bernama Gibran enggan memakan menu yang disediakan dalam program makan bergizi gratis. Ia hanya memakan tahu berisi ayam cincang dan meninggalkan menu lainnya.
  • Di Palembang, seorang siswi SD menolak makan bergizi gratis yang dibagikan di sekolah karena teringat ibunya dan ingin membawa makanan tersebut pulang untuk sang ibu.
  • Di Purwakarta, terdapat anak yang menolak nasi dalam program makan bergizi gratis karena tidak suka nasi.
  • Di Sidoarjo, sejumlah siswa penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyayangkan tidak adanya sayur dalam menu makanan yang didistribusikan ke sekolah mereka.
  • Di Palembang, seorang siswa SMA menolak makan gratis karena merasa rasanya tidak enak, namun dipaksa oleh pihak sekolah untuk menghabiskan makanan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun