(Puisi) Kasih Ibu Sepanjang Masa
Kasih ibu, tak terukur bagai dalamnya lautan,
menelusup di relung, lirih dalam doa,
teruntuk si kecil, bahkan saat malam bergelayut dingin,
teruntuk si besar, walau lupa jalan pulang.
Ibu selalu mengukir rindu di tiap jemarinya,
membungkus harap dalam selimut tak bersuara,
dengan mata yang lembut, meski dihunjam duka,
dengan hati yang tabah, meski dilupakan masa.
Namun kasih anak, bagai segenggam pasir pantai,
dihempas ombak, hilang dalam sunyi,
tak pernah tahu tempat bertahan,
terkadang hadir, terlalu sering menjauh.
Tangan ibu adalah kitab rahasia,
mengajari banyak hal tanpa bicara,
memberi semuanya tanpa menuntut kembali.
Namun anak, sering lupa tinta yang menulis kitab.
Wahai anak, yang menjejaki dunia penuh gemerlap,
ingatkah kau pada langkah pertama yang goyah?
Pada suara lembutnya yang memanggil di kejauhan,
yang kini terasa samar, ditelan bising kota?
Kasih ibu adalah embun pagi,
selalu ada, meski lenyap sebelum kau sadari.
Kasih anak adalah pelita redup,
terang sesaat, lalu terlupakan.
Maka sempatkanlah pulang, sebelum detik memakan sisa,
sebelum guratan wajah itu jadi pusaka,
pulanglah, karena kasih ibu tak akan meminta,
hanya selalu memberi, sepanjang masa.
Bogor, 1 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H