Mohon tunggu...
Muhammad Nur Amien
Muhammad Nur Amien Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Bebas Bersahaja

Hobi menulis dan membaca semua bidang ilmu dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Fiksi) Ambisi Besar sang Penguasa

18 November 2024   23:15 Diperbarui: 18 November 2024   23:16 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Negeri Keemasan, Negeri Impian Sang Penguasa (Sumber: bing.com/images/create/high-tech-green-country-with-modern-infrastructure)

(Fiksi) Ambisi Besar Sang Penguasa

Di sebuah negeri yang tengah bangkit dari kelamnya sejarah, lahirlah seorang pemimpin bernama Brotoseno Agung. Ia bukan penguasa biasa; di matanya selalu terpancar api semangat untuk menjadikan negerinya megah, maju, dan bermartabat. Ia menyebut visinya Negeri Keemasan---sebuah tanah di mana setiap warganya hidup dalam harmoni, keadilan, dan kemakmuran, tanpa mengorbankan alam yang menjadi jiwa dari keberlangsungan.

Namun, mimpi besar datang bersama ujian yang tidak ringan. Negeri itu telah lama terjebak dalam jerat korupsi, kesenjangan sosial, dan kerusakan lingkungan yang tak terkendali. Brotoseno sadar, mewujudkan keemasan bukanlah tugas yang mudah. Ia membutuhkan dana besar, pengorbanan, dan kepercayaan yang kian rapuh dari rakyatnya.

Awal Perjuangan

Brotoseno memulai ambisinya dengan memperkenalkan tiga pilar utama: Keberlanjutan Ekonomi, Keadilan Sosial, dan Pelestarian Lingkungan. Ia percaya bahwa pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan rakyat adalah seperti membangun istana di atas pasir. Namun, untuk membiayai proyek besar-besaran ini---infrastruktur (jalan, jembatan, bandara, pelabuhan dan bendungan), energy terbarukan (listrik bertenaga surya, angin dan air), sekolah ramah lingkungan di setiap pelosok, dan industrialisasi hijau---ia memerlukan anggaran yang hampir mustahil terpenuhi tanpa mengambil langkah berani seperti makna namanya. Brotoseno bermakna laki-laki yang berhati baik, bertanggung jawab, bijaksana, adil, dan berani.

Baca juga: Puisi: Maafkan Aku

"Kita tidak bisa menggali emas dengan menghancurkan bumi tempat kita berdiri," ujar Brotoseno di depan rapat kabinetnya.

Ia memulai dengan memotong anggaran belanja mewah pemerintahan. Istana yang dahulu penuh kemewahan dijadikan ruang publik untuk rakyat. Pajak progresif diberlakukan, dengan pengusaha besar diwajibkan berkontribusi lebih besar dalam program pembangunan berkeadilan. Namun, ia tahu, itu belum cukup.

Perjuangan Melawan Ketidakpercayaan

Di sisi lain, rakyatnya mulai resah. "Apakah ini hanya janji kosong seperti pemimpin sebelumnya?" bisik seorang petani di sawah. Beberapa rakyat menolak pajak baru, merasa terbebani. Brotoseno memahami ketidakpercayaan ini dan turun langsung ke lapangan. Ia mengunjungi desa-desa, menyapa mereka yang termarjinalkan, dan menjelaskan mimpinya tanpa sekat protokol.

"Negeri Keemasan bukan untukku, tapi untuk kalian, untuk anak-anakmu, dan anak-anak mereka. Jika kita tak memulai sekarang, kapan lagi?" katanya kepada seorang nelayan tua. Kata-katanya menggerakkan hati, meski skeptisisme tetap membayang.

Lingkungan Sebagai Pusat Peradaban

Namun, tantangan terbesarnya datang dari dunia internasional. Beberapa negara investor besar menekan Brotoseno untuk membuka hutan dan tambang besar-besaran demi investasi. "Kita bisa menjadi kaya dalam semalam," bujuk seorang pejabat dari negeri asing.

Brotoseno menolak dengan tegas. "Apa gunanya menjadi kaya jika rakyatku tidak bisa lagi bernapas? Jika sungai kita mengering dan tanah kita menjadi tandus?" jawabnya dengan wajah teguh.

Sebagai gantinya, ia menjalin kemitraan dengan negara-negara yang mendukung keberlanjutan. Ia mendorong perusahaan-perusahaan lokal untuk mengembangkan energi terbarukan, menciptakan ribuan lapangan kerja tanpa merusak ekosistem.

Hasil yang Mulai Terlihat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun