Mohon tunggu...
Muhammad Nur Amien
Muhammad Nur Amien Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Bebas Bersahaja

Hobi menulis dan membaca semua bidang ilmu dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Cerpen) Rusak Sendi Keluarga Korban Judi Online

16 November 2024   19:56 Diperbarui: 16 November 2024   19:56 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak yang setiap malam bermain Judi Slot dengan HP (sumber gambar: www.bing.com/images/create)

Pada saat itu, Alif muncul dari kamarnya. "Ayah, kenapa Ibu menangis?" tanyanya polos, matanya yang besar memandang Andi dengan penuh rasa ingin tahu. Andi merasa hatinya hancur, melihat putranya yang tak tahu apa-apa tentang kehancuran di dalam rumah tangga mereka.

Dinda duduk, menarik Alif ke pelukannya. "Ayah sedang punya masalah di kantor, sayang. Tapi kita akan baik-baik saja," ujarnya sambil mengusap kepala Alif dengan lembut.

Tapi Andi tahu dengan pasti, mereka sedang tidak baik-baik saja. Keuangan keluarganya telah berubah menjadi tumpukan utang yang menggunung. Ketergantungannya pada judi online telah menghancurkan segalanya. Saat dia menatap wajah Istrinya dan Alif, dia merasakan betapa jauh dia telah melangkah ke arah kehancuran keluarga. Dia telah mengkhianati mereka, dan kini, dia tidak tahu lagi bagaimana cara untuk menebus semuanya.

"Din, maafkan aku," hanya itu yang bisa keluar dari bibirnya.

Dinda tidak berkata apa-apa. Namun, di matanya, Andi bisa melihat keputusasaan istrinya. Kepercayaan istrinya kepadanya telah lama terkikis, dan sebuah pertanyaan yang mungkin tak akan pernah terjawab: Apakah dia masih bisa memperbaiki semuanya?

Di suatu malam, Andi duduk di sudut kamar. Ia memandang foto keluarganya yang tergantung di dinding. Alif anaknya tersenyum cerah dalam foto itu, dan di sebelahnya ada adiknya yang masih kecil, tertawa lepas di pangkuan Dinda istrinya. Senyum mereka kini seperti bayangan yang perlahan memudar dari kehidupannya.

Ia sadar, dirinya telah menghancurkan mimpi-mimpi keluarganya. Namun, pertanyaan terbesar adalah: masih adakah jalan untuk memperbaiki semuanya?

Malam itu, Andi tidak bisa tidur. Matanya tak bisa terpejam, memikirkan pilihan yang harus diambil. Mungkin sudah terlambat untuk memulihkan apa yang telah hancur, tetapi dia tahu satu hal, dia harus memilih. Entah berhenti atau terus tenggelam, dia harus memilih untuk keluarga yang masih menunggunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun