Mohon tunggu...
Muhammad Nur Amien
Muhammad Nur Amien Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Bebas Bersahaja

Hobi menulis dan membaca semua bidang ilmu dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(Puisi) Jiwa yang Merenung

8 November 2024   17:19 Diperbarui: 8 November 2024   17:21 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kumerenung (sumber:picture from ideogram.ai)

(Puisi) Jiwa yang merenung

Dalam sunyi yang menggelayut pelan,
renungan jiwa terhanyut pada tepian malam kelam.
Mengurai benang-benang usia yang terhampar,
bagaikan kisah yang tak usai di gulungan lembar.

Kudengar gema dari dasar nuraniku,
desah lirih bertanya di kesunyian hati yang dalam .
Tentang arti yang tak terjamah kata-kata,
tentang jejak yang memudar dalam perjalanan fana.

Bayangan kehidupan berderak di pusara waktu,
menjaga rahasia yang terkunci dalam kelam beku.
Aku, hanyalah sebutir debu yang sangat rapuh,
terbang melayang di samudera semesta yang megah nan luas.

Merenung bagai mengintip rahasia sang fajar,
tersembunyi di balik malam yang memudar.
Hatiku larut dalam kekosongan yang penuh makna,
Dan jiwaku tersesat, namun tak ingin kembali sepenuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun