Mohon tunggu...
Muhammad Nur Amien
Muhammad Nur Amien Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Bebas Bersahaja

Hobi menulis dan membaca semua bidang ilmu dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cerpen) Putriku Telah Dewasa

3 Oktober 2024   15:06 Diperbarui: 3 Oktober 2024   15:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan lembut, sinar matahari menyusup melalui jendela kamar pagi itu. Suara burung-burung bersahut-sahutan menciptakan suasana damai di alam. Aku duduk di teras rumah, secangkir kopi hangat menemani pikiran yang melayang jauh. Rasanya baru kemarin Sarah, putriku, berlari-lari kecil di halaman ini dengan rambut kuncir dua dan tawa yang selalu mengisi rumah dengan kebahagiaan.

Namun, ada yang berbeda hari ini. Putriku telah dewasa.

Pintu kamar terbuka, dan Sarah muncul dengan senyum lebar. Dia mengenakan gaun coklat muda yang indah yang sudah kupersiapkan untuknya semalam. Hari ini adalah hari kelulusan dari sekolah menengah, sebuah peristiwa yang sangat emosional baginya dan sangat penting bagiku. Hari ini adalah hari kelulusannya dari SMA, sebuah momen yang begitu penting dalam hidupnya, sekaligus momen yang begitu emosional bagiku.

"Bu, bagaimana? Sudah siap berangkat?" tanya Sarah, sambil merapikan kerudungnya yang sangat serasi dengan warna gaunnya.

Aku tersenyum, menahan perasaan haru yang tiba-tiba menyeruak. "Kamu cantik sekali, Nak. Ibu sangat bangga padamu."

Sarah tertawa kecil, lalu menghampiriku. "Ibu, jangan menangis, dong. Ini kan hari yang bahagia!"

Aku tertawa sambil mengusap sudut mataku yang sudah mulai basah. "Iya, ibu tahu. Tapi rasanya waktu berjalan terlalu cepat. Kamu sudah besar sekarang. Rasanya baru kemarin ibu mengantarmu ke taman kanak-kanak."

Sarah duduk di sebelahku, menggenggam tanganku erat. "ibu, aku tetap Sarah yang dulu. Yang suka manja sama ibu, yang suka minta diceritain sebelum tidur. Bedanya, sekarang aku hanya sedikit lebih dewasa."

Aku terdiam, merenungi kata-katanya. Memang, anak-anak akan tumbuh, akan dewasa, dan akan menemukan jalannya sendiri. Tapi bagiku, Sarah selalu menjadi gadis kecil yang memintaku mengikatkan tali sepatunya atau membacakan dongeng sebelum tidur.

Hari itu, di acara kelulusannya, aku melihat Sarah berdiri di panggung dengan percaya diri, menerima penghargaan atas prestasinya. Air mata haru tak terbendung lagi. Putriku yang dulu kubimbing langkah-langkah kecilnya, kini telah siap melangkah sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun