Lebaran Idul Fitri merupakan salah satu hari raya umat muslim selain Idul Adha. Pada lebaran Idul Fitri tradisi berkunjung sudah mandarah daging di hampir seluruh kawasan penduduk muslim salah satunya Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam untuk menyambung persaudaraan dan saling bermaaf-maafan. Namun, apakah kalian menyadari bahwa tradisi kunjungan ini tidak jarang membuat kita termenung dan keheranan saat berkunjung dari rumah ke rumah karena banyak hal yang ternyata selama ini tidak kita ketahui dari lingkungan sekitar atau lingkungan saudara kita. Berdasarkan pengalaman penulis, berikut hal-hal mengejutkan yang direnungi saat lebaran Idul Fitri tiba !
Para Lansia yang Semakin Tua
Saat berkunjung dari rumah ke rumah baik saudara maupun tetangga, ternyata hampir setiap rumah saling bercerita tentang usia dan kepayahan mereka atau orang tua mereka yang semakin tua. Kakek nenek atau orang tua yang sudah jarang kita jumpai ternyata mereka sudah semakin rapuh dan menua, barangkali ada yang kakinya sudah sulit berjalan, sudah menjadi pelupa, atau bahkan sudah sulit untu berbicara dengan fasih. Wah, dari momen lebaran kita bisa tahu lebih dekat atau melihat langsung! Hal ini membuat kita menyadari bahwa waktu terus melaju dari hari ke hari dan kita juga akan menuju pada hari tua, semoga renungan mengenai usia membuat kita sadar untuk senantiasa melakukan hal yang bermanfaat ya, Sob.
Mengenal Warga Baru
Mungkin di antara kalian ada yang pernah menemui warga baru tepat saat lebaran baik ketika sholat berjamaah di masjid/lapangan atau ketika ada agenda berkumpul dengan warga sekitar. Dari berkunjung ini kita bisa jumpai warga baru yang merupakan anggota baru dalam keluarga tersebut yang sebelumnya barangkali hanya kita dengar dari kabar angin tetangga saja, perkenalan tersebut tentunya memberi sedikit banyak informasi yang seringkali kita terkagum-kagum. Perlu dicoba nih etika bertamu yang baik, antusias berbincang-bincang sambil mencicipi makanan di meja.
Kaget Anak Tetangga atau Sauadara Sudah Besar
Ini sepertinya lebih dirasakan oleh perantau atau kamu yang kurang interaksi dengan anak tetangga tersebut, momen lebaran menjadi momen yang tidak jarang kita dibuat malu dengan seseorang yang kita kenal dulu masih kecil menjadi lebih besar. Interaksi yang jarang kebanyakan akan membuat kita canggung untuk sekedar mengajak berbicara atau menyapa, tentunya banyak pertanyaan yang muncul di benak kita yang membuat kita berpikir berkali-kali untuk memulai obrolan. Pertumbuhan anak tetangga atau saudara yang kamu temui sering membuat kamu berdecak kagum yang seringkali kita menyadari bahwa waktu memang secepat itu berlalu dan membuat kenangan kita. Kamu salah satunya kah?
Tercengang Mendengar Kabar Teman Sudah atau Hendak Menikah
Poin keempat kali ini seringkali membuat kita terbawa perasaan sendiri, meskipun seharusnya kita santai saja menanggapinya. Kalau biasanya saat lebaran Idul Fitri menjadi momen menakutkan bagi kamu yang berusia kisaran 20 tahunan karena sederetan pertanyaan (kapan menikah, kapan lulus kuliah, kerja dimana, sudah punya tunangan apa belum, dst.), hal itu masih aman terkendali Sob jika tidak dihadapkan realita yang mengejutkan salah satunya mendengar teman yang sudah menikah bahkan sudah memiliki anak atau teman yang tiba-tiba mengabari akan menikah. Ya, semoga dari momen ini kita lebih belajar dari cerita mereka bisa bertemu dan mengetahui alasan kuat untuk menikah agar dapat kita pelajari untuk persiapan kita kelak. Terpenting ialah, kita mengambil keputusan yang serupa karena sudah siap bukan sebagai ajang perlombaan atau menyenangkan orang yang bertanya kepada kita.
Momen lebaran memang cukup membuat kita merenung atas apa yang sudah kita lakukan selama ini, poin utamanya adalah kita terlalu sibuk dengan diri kita sampai lupa untuk menilik kehidupan sekitar atau terdekat kita. Â Dengan usia kita yang semakin banyak, perenungan terhadap diri sendiri memang seringkali terjadi, namun jangan sampai kita larut dengan perenungan tersebut dan membuat kita lupa untuk beraktivitas. Ambil maknanya dan refleksikan dengan kehidupan kita sehari-hari sebagai ajang intropeksi diri.Â