Mohon tunggu...
Nur Aliyah
Nur Aliyah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resume Buku "Negeri 5 Menara"

14 Agustus 2015   20:55 Diperbarui: 14 Agustus 2015   20:55 1469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebal          :         xii + 424 halaman

Penulis buku Negeri 5 Menara ini mengubah pandangan orang-orang tentang kehidupan pondok yang begitu terikat dan mayoritas hanya memperdalam ilmu agama. Penulis menggambarkan suasana modern di dalam pondok yang selama ini dianggap kuno, kampungan, kaku, dan tidak menarik. Dari sisi modern pondok tersebut mengisahkan kehidupan 6 pemuda yang menempuh pendidikan di sebuah pondok terkenal di Jawa Timur bernama Pondok Madani (PM) yang melarang keras murid-muridnya berbahasa Indonesia dan mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan Inggris. Penulis juga memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil.

Buku ini bercerita tentang perjalanan seorang anak bernama Alif. Alif adalah anak desa yang ditinggal di Bayur , kampung kecil di dekat Danau Maninjau Padang, Sumatera Barat. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP, Alif sudah berencana melanjutkan sekolah ke SMU negeri di Padang yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah di jurusan yang sesuai. Namun amaknya (ibunya Alif) tidak setuju dengan keinginan Alif untuk masuk SMU, ibunya ingin Alif menjadi Buya Hamka dan melanjutkan sekolah ke pondok pesantren. Awalnya Alif berberat hati, tapi karena Alif tidak ingin mengecewakan orang tuanya dan atas saran dari pamannya di Kairo akhirnya Alif memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pondok yang ada di Jawa Timur bernama Pondok Madani (PM). Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti yang diberikan Ustad Salman (Wali Kelas Alif) Man Jadda Wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.

Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan terakhir Baso dari Gowa. Ternyata kehidupan di PM tidak semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 bulan pertama. Karena PM melarang keras murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan Inggris. Belum lagi, peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif dan ke 5 temannya begitu berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.

Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulis yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun di sela rutinitas di PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke 5 temannya selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dibawah menara masjid, sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka ke depan. Mereka tahu bahwa jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh pengalaman menarik. Sampai pada suatu hari yang tak terduga, Baso, teman Alif yang paling pintar dan rajin memutuskan keluar dari PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga. Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika.

Kini semua mimpi Alif dan ke 5 temannya telah menjadi nyata. Mereka berenam telah berada di lima Negara yang berbeda. Di lima menara impian mereka, sesuai dengan lukisan dan imajinasi mereka di awan. Alif berada di Amerika, Raja di Eropa, Atang di Afrika, Baso di Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta. 

Buku ini mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok yang hanya belajar agama saja dan menggambarkan suasana modern di dalam pondok yang selama ini dianggap kuno, kampungan, kaku, dan tidak menarik. Karena dalam buku ini memperlihatkan selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu umum seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, kesenian, dll. Buku ini banyak memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil, bahwa dimana ada usaha disitu ada jalan. Dan ikhlaslah dalam menjalani apapun yang ada di kehidupan kita, niscaya usaha dan keikhlasan hati akan diridhoi Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam buku ini terdapat banyak pesan motivasi dan pelajaran, seperti kata Man Jadda Wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Buku ini juga mengajarkan untuk jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Di dalam buku ini kurang menggunakan kiasan di dalamnya pada penggunaan kalimat dan gaya bercerita. Buku ini juga mempunyai klimaks cerita yang kurang menonjol, sehingga pembaca merasa ceritanya sedikit datar.

Menurut saya akan lebih baik jika lebih banyak menggunakan kiasan pada penggunaan kalimat dan gaya bercerita, serta membuat konflik yang lebih tegang agar lebih menarik.

Demikianlah resume buku “Negeri 5 Menara”. Semoga bermanfaat. Terima Kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun