Mohon tunggu...
Ferdiansyah Mallaringan
Ferdiansyah Mallaringan Mohon Tunggu... -

I'm a Dreamer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Tsunami

11 Januari 2012   07:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:02 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu menunjukkan pukul 05.00 Wita Rabu 11/01/2012. Saya bergegas bangun dan meludah ke kiri tiga kali(seperti yang disunnahkan Rasul). Mimpi buruk yang sangat nyata rasanya.

Dalam mimpi, saya melihat demikian banyak mayat bergelimpangan di jalan. Kemudian saya dan beberapa orang mengangkat mayat-mayat tersebut dengan menggunakan karung dan tenda. Sebab, mayat tersebut sudah mulai bengkak. Dan tidak mungkin lagi untuk diangkat tanpa pelapis. Akhirnya satu persatu mayat-mayat tersebut dikumpulkan. Kemudian dibawa ke suatu tempat yang saya tidak tahu.

Setelah terbangun dari mimpi tersebut, saya bergegas shalat subuh. Dilanjutkan dengan berdoa memohon ampun kepada اَللّهُ .

Setelah pikiran dan jiwa saya mulai tenang. Saya pun kembali bertanya dalam hati. Ada apa gerangan? Apakah mimpi tadi merupakan suatu pertanda atau hanyalah bunga tidur.

Akhirnya, saya meraih handphone dan membuka salah satu situs berita di internet. Betapa kagetnya saya ketika membaca Headlines di situs tersebut. Telah terjadi Gempa di wilayah Aceh pada pukul 01.36 WIB dengan kekuatan 7,1 SR dan dinyatakan berpotensi Tsunami oleh BMKG. Tetapi 2 jam setelah gempa, BMKG mencabut peringatan Tsunami tersebut.

Badan saya langsung gemetaran. Dalam hati saya masih bertanya-tanya. Ada apa ini Ya Rabb? Apa makna dari mimpi tersebut?

Padahal, beberapa hari sebelumnya jalanan di Pantai Losari amblas, runtuh tanpa diketahui sebabnya. Sampai saat ini, sebab runtuhnya jalan di Pantai Losari tersebut masih sebatas opini.

Mungkin kah mimpi tersebut teguran dari-Mu atas dosa-dosaku selama ini? Ampuni Hamba-Mu ini Ya Rabb..
Makassar, 11/01/12

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun