Pada setiap proyek konstruksi, hampir tidak mungkin konstruksi berdiri di atas tanah. Tanah berperan sebagai penopang dari sebuah konstruksi. Maka dari itu, parameter-parameter yang menjadi dasar dari sebuah perencanaan konstruksi sangat penting untuk dipahami dan diperhatikan secara seksama, seperti salah satunya adalah daya dukung tanah.
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menopang beban dari struktur di atasnya tanpa mengalami penurunan atau deformasi yang berlebihan. Daya dukung tanah sangat penting dalam perencanaan jalan dan infrastruktur lainnya. Evaluasi daya dukung tanah melibatkan pemahaman terhadap sifat-sifat fisik dan mekanik tanah di lokasi proyek.Â
Artinya, penting untuk menghitung daya dukung tanah di bawahnya selama tahap desain setiap proyek konstruksi. Kegagalan untuk memahami dan memperhitungkan tekanan penahan tanah sebelum memulai proyek dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk, seperti runtuhnya konstruksi di kemudian hari.
Dalam proyek JLS Lot 6.A tentunya juga diperhitungkan daya dukung tanah yang memenuhi syarat dan standar yang berlaku, berikut beberapa metode pengambilan data daya dukung tanah pada tanah di lapangan langsung:
CBR Lapangan (California Bearing Ratio Field Test)
CBR Lapnagan atau California Bearing Ratio in-situ test merupakan uji untuk mengatuhui daya dukung tanah eksisting di lapangan secara langsung yang nantinya akan digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan.
Pengujian dilapangan dilakukan dengan bantuan alat berat (Vibro Roller, Truk Tronton, maupun Grader) sebagai beban penetrasi
Data CBR lapangan harus dilengkapi dengan data kadar air dan kepadatan Material sebagai data pendukung analisa setelah pengujian CBR Lapangan selesai dilakukan.
Berikut Tata cara untuk melakukan uji CBR (California Bearing Test):
1. Truk/ alat berat lainnya ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dipasang dongkrak CBR mekanis tepat diatas lubang pemeriksaan.
2. As roda belakang diatur sejajar dengan muka jalan yang diperiksa
3. Truk / Alat berat didongkrak supaya berat sendirinya tidak ditahan lagi oleh per kendaraan
4. Dongkrak CBR mekanis dan peralatan lain dirangkai, supaya piston penetrasi berada 1 atau 2 cm dari permukaan yang akan diperiksa
5. Cincin penguji (Proving Ring) diatur sehingga piston dalam keadaan vertical
6. Pasrikan semua peralatan uji dalam kondisi stabil, Vertikal, Sentris (Segaris dan tidak melenting/melendut) dan kokoh serta tepat pada posisi yang diisyaratkan
7. Pembacaan waktu dan penetrasi:
a. Piston penetrasi diturunkan sehingga memberikan beban permulaan sebesar 5 kg (10 Lbs) -- jika diperlukan, dapat digunakan beban-beban tambahan
b. Arloji cincin penguji (Proving ring) dan arloji penunjuk penetrasi (dial penetrasi) diatur sehingga menunjuk pada angka nol
c. Pembebanan ditambah dengan teratur, agar kecepatan penetrasinya mendekati kecepatan tetap 1,25mm (0,05") per menit
d. Catat pembacaan beban pada saat penetrasi, pembacaan dilakukan pada saat 15detik, 30detik, 1menit, 1 menit, 2menit, 3menit, 4menit, 6menit, 8menit,10menit.
DCP Test (Dynamic Cone Penetration) ASTM D6951/D6951M-18
Metode DCP adalah alternatif apabila pengujian CBR tidak dapat dilakukan di lapangan. Tujuan dari uji DCP adalah untuk mengevaluasi kekuatan tanah dasar serta lapis pondasi jalan dengan cepat. DCP memberikan kekuatan lapisan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan tanah yang Anda uji tanpa menggali hingga kedalaman tertentu untuk pembacaan data yang diharapkan.
Pengujian tersebut dilakukan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) serta penetrasi dari kerucut logam (konus) yang tertanam di lapisan tanah / pondasi sebab pengaruh penumbuk. Kemudian, dengan memakai persamaan dan grafik, pembacaan nilai penetrometer diganti menjadi nilai yang sama dengan CBR.
Daya dukung tanah umumnya dinyatakan dalam bentuk % dari California Bearing Rasio atau CBR. Nilai DCP dipakai untuk memperoleh sejumlah informasi contohnya seperti berikut ini:
- Informasi full depth pavement di bagian jalan yang diupayakan untuk memperoleh pelebaran jalan.
- Informasi full depth pavement untuk jalan baru.
- Informasi tebal overlay di bagian atas jalan aspal jika tidak terdapat data Benkelman Beam.
- Informasi full depth pavement di bagian jalan yang akan direkontruksi.
- Langkah-langkah Pengujian:
1. Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji
2. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar yang rata dan stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar pengukur kedalaman;
3. Mencatat jumlah tumbukan;
a. Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga menyentuh batas pegangan;
b. Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan;
c. Lakukan langkah-langkah pada 6.c).1) dan 6.c).2) di atas, catat jumlah tumbukan dan kedalaman pada formulir 1-DCP, sesuai ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
(1) untuk lapis fondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan yang tidak keras maka pembacaan kedalaman sudah cukup untuk setiap 1 tumbukanatau 2 tumbukan;
(2) untuk lapis fondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup keras, maka harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 tumbukan sampai dengan 10 tumbukan.
d. Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari 1 mm/3 tumbukan.Selanjutnya lakukan pengeboran atau penggalian pada titik tersebut sampaimencapai bagian yang dapat diuji kembali.
 4. Pengujian per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali) dengan jarak 20 cm dari titik uji satu ke titik uji lainnya. Langkah-langkah setelah pengujian;
a. Siapkan peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke atas;
b. Angkat penumbuk dan pukulkan beberapa kali dengan arah ke atas sehingga menyentuh pegangan dan tangkai bawah terangkat ke atas permukaan tanah;
c. Lepaskan bagian-bagian yang tersambung secara hati-hati, bersihkan alat dari kotoran dan simpan pada tempatnya;
d. Tutup kembali lubang uji setelah pengujian.