Mohon tunggu...
Muhammad Nanda
Muhammad Nanda Mohon Tunggu... -

Mari kita berkarya untuk mewujudkan cita-cita yang kokoh tertancap dilubuk hati dengan aktifitas yang nyata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untuk Seuntai Kalimat Al-Qur'an

7 Mei 2012   14:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:35 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dunia saat ini teramat sesak dirasakan bagi seorang Hadiq, dalam renungannya selalu dan selalu terus seperti itu yang menjadi sebuah beban baginya. Mulailah dia merenungkan suatu perkara yang menurutnya sangatlah mebuat dirinya tidak mampu untuk merasa nyaman mengarungi kehidupan ini. Mengapa keadaan ini seperti menyesakkan dada, apakah yang salah dariku sehingga aku tidak mempu merasakan seperti apa yang telah dirasakan oleh seluruh santri-santri yang lain? Dalam hatinya terus bertanya-tanya.

"Ayyuha syabab istaiqidzu minannaumikum tsumma tawadhau wa idzhabu ilal masjid li adai shalatul subhi jama'atan, santri-santri semua bangunlah dari tudur kalian kemudian ambillah wudhu dan pergilah kemasjid untuk menunaikan shalat subuh berjamaah, Haris (yang bertugas membangunkan untuk shalat subuh) pun mulai menunaikan tugasnya. Ditengah-tengah haris membangunkan para santri Hadiqpun bangun dengan sigapnya, "astaghfirullah udah subuh ya, ujar Hadiq dengan menghela nafas.

Subuh itu Hadiq merasakan begitu sejuknya disaat ia menyentuh air wudhu, setelah itu Hadiqpun merasakan ketenangan pada relung hatinya, "ya Allah jika memang ini yang membuat hamba menjadi tenang maka kekalkanlah pada diri hamba, Hadiqpun berdoa

******.

Para santri menyebar ketempat mengaji mereka masing-masing setelah mereka menunaikan shalat berjamaah, begitu pula dengan Hadiq. Memang setiap ba'da subuh para santri dididik untuk membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Ketika Hadiq hendak menuju ketempat mengajinya,

Tiba-tiba terdengarlah seruan yang memanggilnya, Hadiq, Hadiq tunggu ana dong sebentar, ujar Afif sehingga mengejutkan Hadiq, yang tidak lain teman sekelasnya.

Astagfirullah, ana sangka siapa antum Fif, ada apa sih? Jawab Hadiq dengan mengkerutkan dahinya karena sikap Afif.

Eh, kita kelapangan aja yuk, ana ada handpone baru ni, kita bisa internetan, facebookan dan lain-lain deh, pasti kamu belum pernah liat handpone yang model kayak punya ana ini deh, ajak Afif dengan semangatnya.

Ah, ngapain kayak gitu, enggak pantes kamu ngajak ana, ana ini orang miskin, dan memang enggak pernah punya seperti apa yang kamu punya. Afwan ya ana kurang minat, dan kitakan ada jadwal mengaji. Ana belum lancar baca Al-Qur'annya, ana takut kalau entar enggak lulus ujian terlebih enggak diridhai oleh Allah karena kita enggak mau belajar mengaji Al-Qur'an, jelas hadiq menolak dengan tegasnya.

Terserah kamu aja deh, terserah kamu mau bilang ana berfikiran yang dangkal, tidak modern, enggak gaul, dan lain sebagainya deh, yang jelas ana mau belajar Agama yang saya yakini dan Al-Qur'an dengan baik dan benar karena itu adalah kitab suci yang ana yakini kebenarannya dan yang kelak meberi ana ketentraman, yang jelas ana lebih percaya pada pekataan Kyai-kyai yang ada disni dari pada perkataan orang-orang yang enggak jelas. Tegas Hadiq dengan tegasnya pada Afif.

Oh ya udah kalau gitu, ana cuman ngajak kamu seneg-seneng kok, enggak lebih. Kamu ini orangnya enggak asik ah, dasar kamu, belagu, ejek Afif dengan sedikit memuncungkan bibir dan memalingkan wajahnya.

Astaghfirullah, hampir saja ana terkena hasut oleh musuh bani Adam yang sangat nyata, jelas Hadiq dalam hati dengan leganya.

******

Ayat demi ayatpun Hadiq baca dengan Khusu' dan Hudu' bersama teman-temannya yang diimami oleh seorang ustadz, dan ia merasakan kenyamanan yang amat sangat ketika itu, didalam hati ia mertanya-tanya, inilah yang aku cari selama ini, Allahu akbar.

Tanpa terasa mantaripun mulai menampakkan wajahnya dengan malu-malu, cahayanya nan jernih memacu seirinngan dengan kicauan burung yang berterbangan dengan bebasnya dialam raya sana, dari celah-celah dedaunan cahaya mentari itupun mengintip apa yang dikerjakan Hadiq bersama teman-temannya, sekaligus sebagai saksi hati Hadiq yang suci karena lantunan-lantunan ayat-ayat_Nya.

Bunyi lonceng berderu tidak kalah indahnya dengan kicauan burung-burung itu, Shadaqallahu al-'adzim, terdengarlah kalimat tersebut bersaut-sautan pada setiap majelis yang ada, sebagai pertanda bahwa telah selesainya waktu mengaji Al-Qur'an dipagi itu.

Bertebaranlah para santri untuk kembali keasrama mereka masing-masing. Sebagaian membersihkan badannya, sebagaian lagi istirahat sejenak dan kegiatan-kegiatan yang lain sebagainya.

Namun lain halnnya dengan seorang Hadiq, ia merenung, meratapi apa yang ia rasakan dipagi itu, Allah inikah karunian_Mu yang engkau berikan pada hamba, inikah ketenagan_Mu yang engkau janjikan, jika memang ini adalah cahaya_Mu maka tetapkanlah pada hati hamba, karena hamba yakin hati yang dipenuhi dengan nur_Mu akan menciptakan amalan-amalan yang sesuai dengan tuntunan_Mu.

Ditengah-tengah renungan Hadiq akan karunia Allah itu, muncullah suara yang begitu mengejutkannya,

Hehh, lagi ngapain ente?? Umar bertanya.

Astaghfirullah, huhh kamu Mar bikin ana kaget aja sih, untung ana enggak punya penyakit jantung, kalau punya tanggung jawab kamu. Jawab Hadiq dengan terengah-engah karena terkejut.

Hhmmm, lagi mikirin apa hayo, mikirin yang dirumah atau yang disebelah ni?? Ejek Umar dengan sedikit menggelitik Hadiq.

Ehh geli tau, ana enggak mikirin apa-apa kok, cuman iseng-iseng aja, ana lagi jenuh, pusing mikirin hidup ini. Ujar Hadiq

Udah jujur aja lah sama ane, lagi mikirin sidiakan??

Dibilangin enggak percaya, ya udah. Jawab Hadiq dengan sedikit memalingkan wajahnya

Hehee, iya iya, gitu aja mau marah. Enggak boleh lo marah itu, La Taghdhab, kata Nabi Saw, manusia yang ampuh dan kuat itu bukan yang menag melawan musuh-musuhnya dengan otot-ototnya, namun manusia yang ampuh dan kuat itu, dia yang mampu melawan dan mengalahkan hawa nafsunya yang sedang berkobar. Ujar Umar dengan yakinnya

Hhmmm, iya Ustadz Umar Faqih. Lagian ana bukan marah kok, caman agak sedikit kesal saja. Hehee

Hhmmm, alasannya jitu bener. Ya udah ahh, yuk mandi udah pagi ni, entar telat lagi pergi kekelasnya. Ajak Umar

Ohh iya, ayo dah kalau gitu.

*****

Setelah sampainya Hadiq dikamarnya, ia membaringkan tubuhnya karena merasa kecapaian karena dikelas banyak sekali tugas, decelah-celah istirahatnya, Hadiq melihat sebuah Mushaf diatas kemarinya, entah mengapa Hadiq ingin sekali mengambil air wudhu dan kemudian membacanya. Ya Allah, mengapa hamba begitu ingin membaca kalam_Mu itu, ujar Hadiq dalam hatinya.

Tanpa pikir panjang Hadiqpun gegas beranjak dari pembaringannya untuk mengambil secercik air yang dapat menenagkannya, setelah selisainya ia mengambil air wudhu, dengan semangatnya ia mengambil sebuah Mushaf yanga ada diatas lemarinya.

Huruf demi huruf, ayat demi ayat, lambar demi lembar ia baca dengan khusu' dan hudu', pada saat itulah Hadiq menemukan ketenangan yang ia belum pernah rasakan sebelumnya. Ketenangan yang membuat hatinya begitu sejuk, membuat hatinya sangat tentram, yang membuat jiwanya sangat terpaut dengan asma_Nya.

Tanpa ia rasa utiran-butiran bening memabsahi pipinya, mengalir menlaului pipinya yang basah dan jatuh tepat diatas huruf-huruf yang terdapat pada Mushaf itu. Ya Allah sungguh Engkau telah memberikan hamba ketenangan yang hakiki yang selama ini hamba cari dan terus hamba cari, dengan air wudhu hamba tahu betapa Engkau Maha Suci dan mencintai kesucian, dari kitab_Mu hamba mengetahui betapa Engaau Maha pemberi ketenangan, karena dengan membacanya hamba_Mu ini meraskan dan menemukan sebuah ketenangan yang tiada tara dan hakiki. Terima kasih ya Allah, berilah hamba keistiqamahan dengan keadaan ini.

Menit berganti menit, jam berganti jam, hari berganti hari dan bulanpun berganti bulan, Hadiq merasakan ketenangan itu dengan sebenarnya dan terus berkelanjutan, ternyata hatinya telah terpaut pada untaian-untaian kaliamt Al-Qur'an yang mampu memberinya kesejukan yang tiada pernah ia rasakan. Apabila hati telah terpaut pada_Nya maka hati itupun akan bermuara pada_Nya jua. Ala bidzikrillahi tathmainnul qulub.

www.elfandaim.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun