Mohon tunggu...
Nuraini tri afsyari
Nuraini tri afsyari Mohon Tunggu... Pemadam Kebakaran - pelajar

rebahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesenian Ludruk Semakin Pudar di Mata Masyarakat di Era Moderenisasi

28 Februari 2024   14:26 Diperbarui: 28 Februari 2024   14:38 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nuraini Tri Afsyari

12 IPS 4, SMAN 3 Kabupaten Tangerang

 Kesenian ludruk berasal dari Jawa Timur dan telah ada sejak zaman kolonial Belanda era tahun 1960 dan 1980-an. Kesenian ini menggabungkan unsur teater, musik, dan tarian, dan kesenian ini menjadi bagian penting dari budaya Jawa Timur. Kesenian ludruk tidak hanya sekedar hiburan, tetapi juga mengandung nilai moral. 

Cerita ludruk ini diambil dari kisah kehidupan sehari-hari yang dialami oleh masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi dan ketertindasan. Kesenian ini mengajarkan tentang peduli, tanggung Jawab, banyak akal, empati, loyalitas, respek, dan akhlak mulia.

 Kesenian ludruk sedikit menghadapi tantangan dalam era modern ini. Penting bagi kita untuk melestarikan kesenian ini agar tidak punah. Karna seiringnya perkembangan zaman, keberadaan kesenian ludruk semakin pudar di mata masyarakat dan akan mengalami kepunahan, maka dari itu melestarikan kesenian ludruk juga berarti melestarikan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Kearifan lokal dalam kesenian ludruk adalah aset budaya yang berharga dan memperkaya kehidupan kita dengan nilai-nilai kearifan lokal nya.

KEHILANGAN CIRI KHAS ASLINYA

Penggunaan teknologi canggih dalam pertunjukan ludruk dapat menghilangkan elemen-elemen tradisional yang menjadi ciri khas kesenian ludruk. Seperti terlalu banyak mengandalkan efek visual, dan efek suara dapat mengurangi fokus pada kualitas penampilan, dialog, ekspresi fisik para aktor. 

Teknologi juga dapat mengubah cara pertunjukan ludruk disajikan, termasuk perubahan dalam pencahayaan, tata panggung, atau mengganti alat-alat musik tradisional dengan rekaman suara. Jika perubahan ini tidak sejalan maka tidak ada nilai-nilai tradisional dan estetika kesenian ludruk, dan dapat mengurangi esensi kesenian ludruk itu sendiri.

Penting nya untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara penggunaan teknologi dan mempertahankan elemen-elemen tradisional dalam kesenian ludruk. Teknologi seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan dan memperkaya pengalaman kesenian, bukan menggantikan atau mengurangi nilai-nilai budaya yang ada. Menyelaraskan teknologi dengan nilai-nilai budaya yang telah ada dapat memastikan bahwa kesenian ludruk tetap relevan dan menarik bagi generasi masa kini tanpa kehilangan esensi dan keautentikannya.

HILANGNYA PEMINAT

Cerita yang dibawakan pada pagelaran ludruk mungkin tidak semenarik cerita dalam "sinetron". Seluruh cerita yang dibawakan dalam pagelaran ludruk tidak lepas dari kehidupan masyarakat Jawa Timur. Mulai dari cerita asal muasal nya suatu kejadian, mitos yang ada di dalam masyarakat Jawa Timur, atau percintaan dan kegiatan sehari--hari masyarakat nya Jawa Timur juga diangkat dalam pagelaran ludruk. Karna dari itu anak-anak muda Indonesia kurang tertarik dengan kesenian ludruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun