Mohon tunggu...
NurAini Putri Diah Febriana
NurAini Putri Diah Febriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN KH. ACHMAD SHIDDIQ

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Feminisme dari Gelombang Satu Hingga Empat Saat Ini

20 Oktober 2023   09:14 Diperbarui: 17 Januari 2024   07:46 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

    Feminis muncul pada abad 18 akhir (1792) dimulai dengan tulisan Mary Wollstonecraft The Vindication of the Rights of Woman, sebuah karya feminis klasik yang menjadi pembuka gerakan feminis dari gelombang satu hingga sekarang dalam menyuarakan kesetaraan perempuan dan laki-laki, dalam karyanya ini ia berpendapat bahwa perempuan tidaklah  lebih rendah daripada laki-laki, perempuan pada masa itu hanya kurang diberi kesempatan dalam menuntut ilmu. Lahirnya gerakan feminis sebagai bentuk kesadaran dan usaha perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki dalam sistem patriarki masyarakat kita yang selalu mengutamakan sudut pandang laki-laki. Namun, Rosemarie Tong menekankan feminisme merupakan sebuah gerakan yang didasari sebagai sebuah pendekatan terhadap ketimpangan dalam sistem patriarki yang dialami perempuan.

    Pola pikir masyarakat yang masih terus mempertahankan nilai-nilai patriarki, disetiap kondisi laki-laki selalu mendominasi dan mendapatkan kekuasaan lebih tinggi daripada perempuan. Masyarakat juga menganggap posisi perempuan selalu dibawah laki-laki, hal ini bisa berdampak terjadinya penindasaan bahkan eksploitasi pada perempuan. Tanpa kita sadari patriarki sudah menjadi budaya yang diteruskan dari generasi ke generasi, dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga, seperti pada pembagian tugas seorang perempuan diharuskan mengerjakan seluruh pekerjaan rumah sedangkan laki-laki mendapat bagian diluar tugas rumah seperti mencari nafkah. Dari sinilah munculnya kesadaran perempuan bahwa kesamaan hak juga perlu, sehingga muncullah gerakan-gerakan yang menyuarakan kesetaraan gender dimulai dari gelombang satu hingga gelombang empat saat ini.

    Gerakan feminis sendiri pada gelombang pertama ditandai dengan munculnya Suffragettes.  Gerakan ini pertama muncul di Inggris dan Amerika sebagai kampanye kesetaraan dalam hak pilih bagi perempuan. Gerakan ini didasari sebab pada pemilihan hak suara masa sebelum reformasi hanya 3% dari laki-laki yang memenuhi syarat memilih, sebab syarat memilih dan memiliki hak pilih adalah orang kaya dan laki-laki, karena itu penggerak ini berjuang memperluas hak pilih dan juga beberapa konsesi. Namun, hak tersebut masih tidak diberikan oleh perempuan, hal ini menyebakan semakin banyaknya kelompok-kelompok yang berkampanye guna mendapatkan hak tersebut. Banyak alasan mengapa perempuan memperjuangkan hak pilih ini sebab mereka merasa cara terbaik untuk mencapai status yang setara dengan laki-laki, di masyarakat dan di rumah, adalah dengan memberikan suara dan berpartisipasi dalam proses parlementer (pemilihan politik). 1918 di Inggris dan 1928 di Amerika Serikat mengeluarkan UU hak pilih untuk perempuan.

Gerakan feminis sendiri pada gelombang pertama ditandai dengan munculnya Suffragettes.  Gerakan ini pertama muncul di Inggris dan Amerika sebagai kampanye kesetaraan dalam hak pilih bagi perempuan. Gerakan ini didasari sebab pada pemilihan hak suara masa sebelum reformasi hanya 3% dari laki-laki yang memenuhi syarat memilih, sebab syarat memilih dan memiliki hak pilih adalah orang kaya dan laki-laki, karena itu penggerak ini berjuang memperluas hak pilih dan juga beberapa konsesi. Namun, hak tersebut masih tidak diberikan oleh perempuan, hal ini menyebabkan semakin banyaknya kelompok-kelompok yang berkampanye guna mendapatkan hak tersebut. Banyak alasan mengapa perempuan memperjuangkan hak pilih ini sebab mereka merasa cara terbaik untuk mencapai status yang setara dengan laki-laki, di masyarakat dan di rumah, adalah dengan memberikan suara dan berpartisipasi dalam proses parlementer (pemilihan politik). 1918 di Inggris dan 1928 di Amerika Serikat mengeluarkan UU hak pilih untuk perempuan.

    Pada gelombang kedua sekitar tahun 1960an, sebab ketiakpuasaan terhadap beberapa ketimpangan yang masih berlaku. Dengan ini, lahirlah National Organization for Women (NOW). Kelompok ini mencoba untuk menulis Bill of Rights for Women, mereka menemukan enam langkah penting untuk memastikan kesetaraan perempuan: penegakan hukum yang melarang diskriminasi dalam pekerjaan; hak cuti melahirkan; pusat penitipan anak yang memungkinkan para ibu untuk bekerja; pengurangan pajak untuk biaya penitipan anak; pendidikan yang setara dan tidak terpisah; dan kesempatan pelatihan kerja yang sama bagi perempuan miskin.

    Sebagai gerakan yang dipengaruhi oleh budaya populer, feminisme gelombang ketiga menyoroti perempuan yang dipinggirkan dalam musik terutama genre punk yang kebanyakan laki-laki. Terdapat kelompok-kelompok “Riot grrl” seperti Bikini Kill, Bratmobile, dan Heavens to Betsy membawa merek feminisme mereka ke dalam musik pop, termasuk lagu-lagu yang mengangkat isu-isu seksisme, patriarki, pelecehan, rasisme, dan pemerkosaan. Mereka juga mengeluarkan fanzines (zine) sebagai media yang membahas permasalahan-permasalah yang tidak umum diungkapkan seperti: kekerasan dan pelecehan seksual, rasisme dan seksualitas. Gelombang tiga ini hadir untuk mebersihkan sisa-sisa budaya patriarki, seperti: stereotip berdasarkan gender, atau budaya maskulinitas.

    Feminisme gelombang empat atau feminisme digital  menitikberatkan pada perkembangan teknologi. Dengan pemanfaatan ini fasilitas internet digunakan sebagai wadah perempuan ‘korban’ kejahatan seksual untuk menceritakan pengalaman buruk seperti pelecehan seksual atau penindasan dengan menyembunyikan identitas penulis. Pemanfaatan ini sudah banyak dikampanyekan seperti #MeToo yang sempat ramai ditwitter dengan berbagai macam cuitan tentang cerita para perempuan yang menjadi korban kekerasan bahkan pelecehan seksual, selain menjadi trending tagar ini juga menghasilkan gerakan melawan pelecehan seksual. Penekanan utama dari feminis gelombang empat ada pada pengaplikasian teknologi dalam menyuarakan pendapat. Feminisme ini juga sebagai penyempurna dari gelombang satu-tiga, dimana pada gelombang empat ini tidak adanya pengecualian ras, warna kulit atau apapun dengan konsep interseksionalitas.

    Perbedaan feminisme gelombang satu yang lebih menekankan pada hak politik, dilanjut dengan gelombang kedua yang mengacu pada kesetaraan hak terutama dalam hal gaji di tempat kerja, kemudian gelombang tiga munculnya riot grrrl yang hadir untuk memberantas stereotipe terhadap gender, dan yang terakhir gelombang empat dengan konsep kesetaraan gender yang memanfaatkan teknologi untuk membahas isu-isu pelecehan online.

    Perkembangan zaman mengakibatkan banyak positif serta negatif dalam berbagai aspek, dampak negatif yang terasa yaitu perkembangan AI semakin meningkatnya, hal teknologi ini juga membuat oknum-oknum nakal yang memanfaatkan teknologi ini untuk menyunting foto dari seseorang untuk digunakan sebagai gambar yang tidak pantas. Pelecehan seksual ini memang tidak langsung maupun verbal tetapi dampaknya sama dan membuat korban mengalami trauma. karena itu dengan adanya feminisme gelombang empat sebagai penyempurna dari gerakan sebelumnya diharapkan bisa mencapai puncak kesetaraan dan keadilan, baik bagi korban kekerasan seksual atau diskriminasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun