Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan istilah patriarki, mungkin disini saya akan menjelaskan secara singkat sebelum kita memulai bahasan selanjutnya. Menurut KBBI kata 'Patriarki' memiliki definisi dari perilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat atau kleompok social tertentu.Â
Julia Kristeva seorang kritikus sastra berpendapat bahwa menjadi feminis diera yang sekarang ini berarti membebaskan atau memberi ruang gerak agar berkembang bagi perempuan menjadi seperti apa dan bagaimana, bukan karena keharusan menjadi sesuatu untuk bersaing dengan maskulinitas. Itu artinya bahwa seharusnya yang dilakukan masyarakat kepada kaum perempuan adalah tidak mengurung hak mereka untuk berkembang.
Tanpa kita sadari budaya patriarki sudah mengakar dalam masyarakat kita yang diteruskan dari generasi ke generasi. Mari kita ambil contoh dari lingkup terkecil seperti keluarga, dalam keluarga tentu ada yang namnaya pembagian tugas, bagi seorang perempuan diharuskan mengerjakan seluruh tugas rumah sedangkan untuk laki-laki mendapat bagian tugas diluar rumah seperti mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari.Â
Bukan hanya saat dalam pembagian tugas, seorang perempuan juga akan dikritik saat memiliki pendidikan yang tinggi, mungkin dari kalian pernah mendengar selentingan kalimat seperti "perempuan itu buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujunganya didapur" secara tidak langsung masyarakat kita menganggap bahwa pendidikan tinggi yang perempuan tempuh akan sia-sia jika sudah menikah, banyak yang berpikir jika perempuan itu ya tugasnya mengurus rumah, mengurus anak dan mengurus suami.Â
Tidak bisa dipungkiri hal ini menyebabkan keadaan stagnasi pada kaum perempuan yang seolah dibatasi ruang lingkup untuk berkembang, padahal pendidikan yang tinggi bagi perempuan juga menjadi bekal menjadi ibu yang mengajari anaknya banyak hal karena ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya.
Patriarki sendiri sudah terjadi sejak zaman jahiliyah dimana bayi-bayi perempuan diperlakukan tidak manusiawi sampai dianggap aib bagi keluarga sehingga banyak yang mengubur hidup-hidup bayinya jika berjenis kelamin perempuan, hal itu terjadi sebelum Islam datang, namun setelah Islam datang guna meluruskan kekacauan kal itu.Â
Dalam Islam sendiri terdapat keadilan, kesetaraan, dan saling menghormati satu sama lain, Islam juga menganggap bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan, kewajiban dan hak yang seimbang sesuai dengan porsinya masing-masing.Â
Dengan ini jelas anggapan bahwa patriarki lahir dari Islam adalah tidak benar dan budaya patriarki tidak sesuai dengan Islam yang menjadi permasalahan disini adalah stigma masyarakat yang membatasi ruang berkembang bagi perempuan.
Dapat kita tarik kesimpulan bahwa persoalan patriarki akan terus berlanjut jika tidak dihentikan dari lingkup terkecil seperti keluarga, seharusnya baik laki-laki maupunpun perempuan bisa mengerjakan pekerjaan rumah tidak harus ditumpukan semua pada perempuan karena pada dasarnya mencuci, memasak, dan membersihkan rumah merupakan keterampilan dasar hidup bagi laki-laki perempuan.Â
Alangkah lebih baik jika dalam kehidupan di rumah tangga seluruh anggota keluarga saling membantu tanpa melupakan kewajibannya dengan begitu tidak ada yang merasakan diberatkan salah satu jika terus berpaku pada budaya patriarki.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI