Gempa yang terjadi di Cianjur pada hari Senin 27 November 2022 yang lalu telah mengakibatkan 318 jiwa meninggal dunia, serta ratusan rumah hancur membuat masyarakat harus mengungsi. Menurut sumber Instagram infobmkg, hingga per tanggal 29 November 2022 tercatat 327 gempa susulan yang diakibatkan oleh masih aktifnya pergerakan sesar Cimandiri. Gempa susulan ini terjadi dengan intensitas magnitudo maksimal M4,2 dan magnotudo terkecil M1,0. Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, BMKG Daryono dalam akun Twitter-nya @daryonobmkg mencuitkan pada Selasa (22/11/2022) lalu, "Gempa Sukabumi-Cianjur Mag.5,6 merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif pada zona sistem Sesar Cimandiri".
Jalur sesar Cimandiri melintasi Perbukitan Jampang, Perbukitan Warungkiara, Perbukitan Walat dan Perbukitan Rajamandala. Menurut BMKG, sesar Cimandiri di bagi menjadi 3 Segmen, yaitu segmen Cimandiri, Segmen Nyalindung-Cibeber, serta segmen Rajamandala. Segmen bagian barat mulai dari Pelabuhanratu hingga perbukitan Walat, sementara segmen Timur membentang dari perbatasan Sukabumi-Cianjur hingga mencapai Gunung Tangkuban Perahu (Bandung Utara).
Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi di Cianjur ini, memberikan kesadaran bagi masyarakat bahwa pentingnya edukasi mengenai bahaya gempa, potensi gempa diwilayah sekitar serta bagaimana cara mitigasi bencana gempa agar dapat meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleg gempa. Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui BMKG adalah edukasi pada masayakat atau sosialisasi baik melalui media cetak, media sosial, maupun terjun langsung ke wilayah yang berpotensi terdampak gempa.
Begitu pula peranan pendidikan disekolah juga ikut andil dalam rangka mengedukasi kepada siswa agar dapat memahami cara beradaptasi dengan lingkungan disekitar tempat tinggalnya, terutama yang berkenaan dengan kegempaan. Pada pembelajaran Geografi pada jenjang SMA terdapat materi yang membahas tentang tektonik lempeng yang merupakan sumber dari gempa bumi. Salah satunya dengan kegiatan membuat peta sesbaran dan potensi kegempaan di Indonesia baik secara manual ataupun digitasi. Siswa dapat memanfaatkan aplikasi Google My Maps yang memeiliki kelebihan membuat peta penanda secara online, serta memungkinkan dapat berkolaborasi dengan siswa yang lainnya.
Cara pebuatan peta penanda pada aplikasi ini pun sangat mudah dilakukan, apalagi di era modern sekarang ini siswa justru terlebih biasa menggunakan gadget pada kesehariannya. Diharapkan melalui kolaborasi membuat peta ini siswa lebih memahami potensi, ancaman atau bahaya yang mengancam masyarakat Indonesia melalui kegiatan pembuatan peta, sertamengetahui Upaya Mitigasi dan tanggap darurat dalam menghadapi bencana gempa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H