" Jika anda ingin sukses di masa depan , cerdaskanlah anak-anak anda" inilah kata-kata bijak klasik , yang tampaknya akan terus berlaku sampai kapanpun juga . Mengapa? karena seperti dinyatakan dalam hukum-hukum sejarah yang pasti, bahwa masa depan selalu berada ditangan generasi yang lebih muda, yakni anak-anak kita. Jika mereka , anak-anak kita dan generasi muda pada umumnya, merupakan orang-orang yang bodoh, maka hancurlah masa depan mereka. Sebaliknya, jika mereka adalah orang-orang yang cerdas, maka dapat dipastikan masa depan kita tentulah lebih cerah.
Kenyataannya , kita jarang memperhatikn sosok anak-anak kita untuk direnungi keberadaannya. Siapa mereka sebenarnya?, untuk apa mereka ada ? Mungkin butuh ribuan buku untuk mengenali siapa sosok mereka. Yang pasti , seorang anak terdiri dari dua dimensi, yaitu jasmani dan rohani. Kita sebagai orang tua, seharusnya memperhatikan dua dimensi tersebut. kita harus memenuhi kedua kebutuhan tersebut secra adil. Namun kebanyakan orang tua terjebak dalam melihat perkembangan anak, hanya satu dimensi , yaitu jasmani, dan mengabaikan ruhani yang memang abstrak.
Banyak orang tua yang berpendapat bahwa tugas mencerdaskan anak adalah tugasnya guru dan lembaga pendidikan, sementara mereka sendiri asyik dengan profesinya sendiri. Implikasi dari pendapat semacam  ini adalah munculnya ketidakpedulian orang tua terhadap dimensi rohani anaknya sendiri. Ketika anaknya gagal memenuhi harapannya, pihak pertama yang ditudingnya adalah guru dan lembaga pendidikan. pendapat seperti ini jelas keliru.  Padahal tugas untuk mencerdaskan anak  adalah tugas orang tua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI