Mohon tunggu...
Nuraini Amarsa
Nuraini Amarsa Mohon Tunggu... Human Resources - HR and Labor Specialist

Pegiat Jalan Kaki, Rock N Roll mom, 80s enthusiast, beach junkie

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Multisource of Happiness

20 Juli 2023   16:23 Diperbarui: 20 Juli 2023   16:27 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Kalau katanya Aristoteles sih, '' Happiness depends upon ourselves. '' Jadi sebetulnya bahagia atau tidaknya seseorang berasal dari dirinya sendiri bukan bergantung dari orang lain. Disini sebetulnya saya mau membahaas tentang fenomena UNHAPPY yang ada di masyarakat. Banyak yang merasa lelah karena mengejar kebahagiaan. Ada juga yang merasa dirinya tidak bahagia sampai depresi bahkan ada beberapa yang berakhir dengan bunuh diri. Sebetulnya darimana sih happiness itu?

Saya baru saja membaca artikel yang berjudul "  Positive Psychology: The 3 Sources of Happiness" , dari artikel tersebut dijelaskan bahwa ada tiga sumber kebahagiaan yaitu pleasure, challenge and meaning. Sumber ini dapat membuat kita bahagia dan sumber-sumber ini dapat dikombinasikan dengan berbagai cara.  Biasanya waktu kita sehari-hari dihabiskan untuk mendapatkan tiga sumber kebahagiaan tersebut.

Sumber yang pertama adalah pleasure, hal ini berhubungan dengan sensasi perasaan positif, hedonis,yang membuat perasaan bahagia pada saat tersebut. Contohnya seperti makan coklat, mendengarkan musik, berhubungan seks, atau bahkan tertawa ketika melihat sesuatu hal yang lucu.

Sumber yang kedua adalah challenge, hal ini berhubungan dengan ketika kita mencapai sesuatu atau achievement, hal yang simpel seperti mengejar bus. Ketika kita berhasil menaiki bus tersebut ada perasaan puas yang membuat kita bahagia. Mendapatkan berat badan ideal juga termasuk, dimana kita berusaha diet sampai dengan mendapatkan berat badan ideal.

Sumber yang ketiga adalah meaning, hal ini berhubungan dengan nilai-nilai atau tujuan yang kita anut dalam hidup kita. Sebuah aktivitas yang kita kerjakan yang menurut kita berharga untuk tujuan yang lebih besar. Misalnya kita berangkat ke sekolah dengan tujuan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Ketika kita berangkat sekolah ada perasan senang dan bahagia karena kita merasa semakin dekat dengan tujuan kita.

Dari ketiga sumber kebahagiaan diatas kalau menurut pengalaman saya tentunya berbeda-beda rasanya ya, sama-sama senang dan bahagia namun intensitasnya berbeda. Misalnya saja ketika yang sumbernya pleasure, contohnya ketika kita makan makanan favorit kita hmm rasanya senang sekali namun rasanya sudah hilang ketika makanan tersebut habis. Hal ini sama saja dengan kita berbelanja barang-barang kesukaan kita misalnya saja kalau saya senang sekali dengan sepatu. Ada perasaan senang begitu membeli sepatu yang kita inginkan namun rasanya kalau dari level ya mungkin level 3 dari 10 lah ya.

Lalu selanjutnya untuk sumber challenge, kebahagiaan yang sumbernya dari hal tersebut tidak dapat didapatkan begitu saja, butuh effort dan kerjakeras untuk meraihnya. Terkadang kita sudah lelah dengan usaha untuk meraihnya sehingga kebahagiaan yang dirasakan tentunya sepadan dengan usaha yang kita lakukan. Hal ini yang saya rasakan ketika lulus S2. Untuk lulus tentunya tidak mudah, karena pada saat itu saya baru saja melahirkan dan harus bergelut menyelesaikan tesis dan syarat kelulusan lainnya. Ketika akhirnya saya di wisuda, perasaan bahagia yang saya rasakan lebih tepat dikatakan perasaan lega, karena akhirnya usaha saya selama ini dapat berbuah manis.

Sumber yang ketiga yaitu meaning,  hal ini berhubungan dengan nilai-nilai atau tujuan yang kita anut dalam hidup kita. Ini yang saya rasakan kebahagiaannya begitu dalam dan hakiki, misalnya saja ketika selesai akad nikah, rasanya bahagia, namun beda hal nya ketika bahagia saat setelah berbelanja tentunya ini bahagianya lebih. Hal lain yang saya rasakan ketika melahirkan anak, rasanya begitu bahagia hingga tak terasa sampai air mata mengalir di pipi hahaha kesannya lebay ya tapi benar itu yang saya rasakan. Durasi kebahagiaannya juga saya merasa lebih panjang, hal ini bahkan saya rasakan sampai detik ini, begitu bahagia bila mengingat memiliki suami dan anak. Ini memang sebuah value yang saya yakini bahwa dalam kehidupan tujuan utama adalah keluarga.

Sebetulnya benar apa yang dikatakan Aristoteles, kebahagiaan bergantung dari diri sendiri. Jika melihat fenomena sekarang, begitu hal-hal dijual sebagai sumber kebahagiaan, uang misalnya. Berlomba-lomba orang mencari uang untuk bisa hidup lebih bahagia, padahal sebetulnya yang dibeli itu adalah pleasure atau kesenangan. Dengan uang kita bisa membeli barang yang kita inginkan, bisa mendapatkan apa yang kita inginkan mulai dari teman sampai dengan sex. Namun apakah itu dapat membuat kita bahagia selamanya? Tentu saja tidak selamanya.

Hal lain juga kita seringkali membandingkan diri kita dengan orang lain, iri dengan pencapaian orang lain. Hal itu membuat kita berlomba-lomba untuk melalukan yang terbaiik, itulah sumber kebahagiaan yang bernama challenge. Ketika kita bisa lebih baik dari orang lain, lebih kaya, lebih cantik, lebih terkenal dan lebih segalanya ada perasaaan puas dan senang, namun kembali lagi apakah itu kita membuat kita bahagia selamanya? Tentu saja tidak. Bahkan beberapa belum sampai atau menyelesaikan challengenya, dia terjebak dengan stress karena tidak bisa mencapai goal dari challenge tersebut.

Sebaiknya, kita bisa memperoleh kebahagian dari sumber yang ketiga yaitu meaning. Sebetulnya kita bisa mengkombinasikan antara pleasure dan meaning atau challenge dan meaning. Tentunya itu lebih baik dan lebih mudah untuk dilakukan. Hal yang pertama yang harus dimiliki adalah value-value atau nilai dan tujuan yang ingin diraih dalam hidup. Hal ini sebetulnya sangatlah esensial dan sudah seharusnya dimiliki seluruh individu, namun semakin kesini manusia semakin dangkal dan tidak berpikir secara dalam sehingga tidak memiliki value dan tujuan, hanya mengikuti arus.

Misalnya, dalam hidup tujuan saya adalah menjadi individu yang bermanfaat bagi orang lain. Dengan memiliki tujuan tersebut maka tujuan saya adalah bisa membantu banyak orang, nah sumber meaning ini bisa dikombinasikan dengan pleasure, misalnya saya senang berjalan kaki, saya bisa membantu orang dengan membantu menemani lansia berjalan kaki di pagi hari. Contoh selanjutnya adalah mengkombinasikan challenge dengan meaning. Dalam hidup, goal saya adalah menjadi individu yang sehat sampai tua. Tentunya mendapatkan badan yang overweight merupakan warning bagi saya untuk memperbaiki diri, ketika saya akhirnya mendapatkan berat badan ideal, itu merupakan kombinasi antara challenge dan meaning. Dengan mengkombinasikan hal ini tentunya membuat kita lebih semangat dalam meraih tujuan.

Melalui tulisan ini saya mengajak semua untuk bisa merenungkan kembali, nilai-nilai dan tujuan apa saja dalam hidup kita masing-masing. Hal ini membuat kita semakin terarah dalam mengejar kebahagiaan kita masing-masing tanpa harus mengikuti trend ataupun membandingkan dengan orang lain.

Saya pernah mendapati situasi dimana orang-orang sekitar saya sedang menggandrungi sepatu NIK*, namun tidak sedikitpun saya tertarik untuk mengikuti trend tersebut. Hal ini tentu saja karena saya punya meaning atau value yang jelas. Saya memang suka membeli sepatu, namun sepatu yang menurut saya bagus untuk saya miliki adalah yang ringan dan empuk untuk dipakai jalan kaki karena saya senang sekali berjalan kaki. Dari value tersebut saya pun sudah memiliki beberapa preferensi merek sepatu yang akan saya beli. Jadi begitu orang-orang mengikuti trend untuk membeli sepatu NIK* saya tidak tertarik membelinya. Bayangkan kalau saya tidak punya value atau meaning yang tadi kita bicarakan. Tentunya saya akan latah membeli sepatu tersebut yang tentunya harganya pun tidak murah.

Contoh lain selanjutnya adalah ketika kemarin orang-orang begitu antusias membeli tiket konser suatu band ternama, saya juga tidak tertarik untuk ikut-ikutan. Saya tentunya menyukai band tersebut, menurut saya lagunya pun bagus-bagus, namun buat saya dengan uang sebesar itu lebih baik untuk tujuan yang lebih baik misalnya berkurban untuk Iedul Adha pada saat itu. Lagipula menurut saya lebih baik menghabiskan waktu bersama suami dan anak, mengingat kami masih LDM.

Adalagi ketika pandemi, banyak teman yang menawari saya dengan berbagai investasi dengan alih-alih akan mendapatkan uang yang banyak dalam waktu yang cepat. Siapa sih yang ga tertarik dengan hal itu? Semua orang pasti ingin mendapatkan banyak uang dengan cepat. Namun saya tidak tertarik hal tersebut kareana dalam hidup saya adalah pantang mendapatkan kekayaan dari cara yang tidak jelas apalagi jika ada unsur riba didalamnya. Tentunya jika saya tidak memiliki value yang jelas seperti ini tentunya saya akan dengan mudah tergiur untuk ini.

Sudah kebayang kan maksudnya? Hehehe semoga sudah ya, dengan menambahkan meaning  dalam setiap pencarian kebahagiaan tentunya kita menjadi memiliki tujuan yang jelas dan tidak mengikuti arus apalagi FOMO.

Ayo kita renungi kembali nilai-nilai dan tujuan hidup kita dimana dalam hidup tidak perlu kok semuanya dimiliki, dan tidak perlu kok semuanya dicapai. Selamat mencoba .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun